Ketuban Pecah Dini

Oleh: Gita Kostania

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya, yaitu pada saat inpartu/proses terjadinya persalinan. Batasan pada primigravida apabila pembukaan kurang dari 3 cm, dan pada multigravida apabila kurang dari 5 cm. Penyebab terjadinya KPD belum diketahui dengan pasti, maka tindakan pencegahan tidak dapat dilakukan kecuali dalam upaya menekan infeksi. Faktor predisposisinya diantaranya:
a. Hipermortalitas uterus, dapat terjadi bersamaan dengan: pielonefritis, sistitis, sevisitis, dan vaginitis.
b. Kelainan selaput ketuban: terlalu tipis.
c. Infeksi (amnionitis, korioamnionitis).
d. Amniotomi dini.
e. Faktor lain: multigravida, malposisi, disproporsi kepala-panggul, inkompetensi cerviks, dll.
KPD
KPD dapat mengakibatkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas janin. Pada ibu, dapat mengakibatkan terjadinya infeksi, apalagi sering malakukan periksa dalam; partus lama; atonia uteri; perdarahan postpartum; infeksi nifas; serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu. Pada ibu dengan janin preterm, maka kehamilan dipertahankan sampai aterm dengan memberikan antibiotik profilaksis, spasmolitik dan roboransia, observasi ketat kesejahteraan janin dengan rutin memeriksa DJJ, serta menganjurkan ibu melakukan tirah baring di tempat tidur. Namun apabila sudah aterm dan belum terdapat kontraksi, induksi persalinan dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik profilaksis.
Cara menentukan apakah benar selaput ketuban sudah pecah, maka dengan melakukan pemeriksaan:
a. Inspeksi cairan yang keluar pervaginam, dan atau melalui inspekulo untuk melihat pengeluaran dari OUE.
b. Membaui dan melihat cairan ketuban. Cairan ketuban dalam keadaan normal berbau tidak menyengat agak anyir, dan apabila berbau menyengat dan sangat anyir maka perlu diwaspadai adanya infeksi. Cairan ketuban dalam keadaan normal berwarna pucat seperti jerami, dapat mengandung serpuhan verniks caseosa. Warna coklat-kehijauan: janin mengalami hipoksia/fetal distress. Warna kekuningan: adanya hipoksia disertai infeksi. Warna kemerahan: menunjukkan adanya solusio placenta.
c. Memastikan cairan ketuban menggunakan kertas lakmus untuk memeriksa cairan yang keluar pervaginam. Cairan ketuban bersifat basa, urin dan cairan vagina bersifat asam. Apabila cairan ketuban, maka kemungkinan hasilnya: hijau-biru (pH 6,5), kelabu-hijau (pH 7,0) dan biru tua (pH 7,5).

Referensi:
1. Bobak, Lowdermilk, Jensen (Alih bahasa: Wijayarini, Anugerah). 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. EGC, Jakarta.
2. Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23. The Mc Graw-Hill Companies, USA.
3. Fraser, Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles, Buku Ajar Bidan, edisi 14. EGC, Jakarta.
4. Mochtar. 2002. Synopsis Obstetri, edisi 2. EGC, Jakarta.
5. Varney, Kriebs, Gegor. 2002. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4, Volume 1. EGC, Jakarta.