Melahirkan Normal Secara Alami (Sebuah Cerita – Part 1)

Galeri

Galeri ini berisi 7 foto.

Sebuah kisah tentang perjalanan menjadi seorang ibu, yang surga pun berada di telapak kakinya, by. Gita Kostania. Sebelumnya, perkenankan Saya berbagi tentang pengalaman proses persalinan anak pertama, yang sebenarnya sudah berlangsung satu tahun yang lalu, tepatnya 2 Februari 2019. Selamat … Lanjutkan membaca

Pedoman Baru: Persalinan Lama Lebih Baik dari Sectio Cesarean

Oleh: Gita Kostania

Kebanyakan wanita dengan kehamilan berisiko rendah harus mengalami kala satu persalinan yang lebih lama untuk menghindari bedah caesar yang tidak perlu. Sesuai dengan pedoman baru yang dipublikasikan bersama antara American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan the Society for Maternal-Fetal Medicine (SMFM), diterbitkan dalam edisi Maret jurnal Obstetrics & Gynecology.

1labor-photo

” Bukti sekarang menunjukkan bahwa persalinan sebenarnya berlangsung lebih lambat dari yang kita duga di masa lalu, banyak wanita yang mungkin perlu lebih banyak waktu dalam proses persalinan dan melahirkan bayi secara normal, bukannya beralih pada kelahiran melalui caesar , ” penulis utama Aaron B.Caughey,MD, seorang anggota dari komite perguruan tinggi pada praktek kebidanan, mengatakan dalam sebuah rilis berita ACOG. ” Kebanyakan wanita yang mempunyai riwayat bedah caesar pada persalinan pertama mereka akhirnya harus  mengalami caesar ulang untuk bayi berikutnya, dan hal inilah yang kita coba untuk dihindari. Dengan mencegah persalinan sesar pada persalinan pertama, kita seharusnya mampu mengurangi angka sesar keseluruhan pada suatu populasi. ”

Sepertiga dari wanita AS yang melahirkan pada tahun 2011, melahirkan secara sesar. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 60 % sejak tahun 1996. Pada saat ini, lebih dari setengah (sekitar 60 %) dari semua kelahiran sesar adalah bedah caesar primer dilakukan pada wanita yang melahirkan bayi pertama mereka .

Indikasi yang paling sering pada persalinan sesar primer adalah distosia persalinan, diikuti oleh frekuensi denyut jantung janin yang abnormal, malpresentasi janin, kehamilan ganda, dan diduga makrosomia janin. Indikasi ini bisa bergeser sesuai dengan interpretasi yang lebih baik dan standar penetapan denyut jantung janin normal, serta manajemen atau kemajuan lain dalam perawatan obstetri dan janin .

Pedoman penulis mengakui bahwa kelahiran sesar mungkin merupakan suatu intervensi dalam rangka menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Namun, peningkatan pesat dalam tingkat operasi caesar menunjukkan bahwa kemungkinan terlalu sering menggunakan metode persalinan ini, terutama karena tidak adanya bukti yang jelas dari peningkatan hasil pada ibu atau bayi baru lahir.

” Tenaga medis perlu untuk menyeimbangkan risiko dan manfaat, dan untuk beberapa kondisi klinis, persalinan sesar merupakan pilihan terbaik kelahiran bayi,” kata Presiden SMFM Vincenzo Berghella, MD, dalam rilis berita. ” Tapi bagi sebagian besar kehamilan yang berisiko rendah, kelahiran sesar dapat menimbulkan risiko yang lebih besar dibandingkan persalinan pervaginam, terutama risiko yang terkait dengan kehamilan berikutnya. ”

Rekomendasi khusus untuk persalinan yang aman mengurangi resiko operasi caesar primer: 

  • Biarkan fase laten persalinan yang berkepanjangan.
  • Pertimbangkan awal persalinan fase aktif didefinisikan sebagai dilatasi serviks lebih dari 6 cm (bukan 4 cm).
  • Memungkinkan lebih banyak waktu untuk kemajuan persalinan dalam fase aktif.
  • Biarkan pada kala II persalinan wanita multipara mengejan 2 jam atau lebih dan perempuan primipara 3 jam atau lebih. Pada beberapa situasi, misalnya ketika anestesi epidural digunakan, mengejan lebih lama mungkin diperbolehkan.
  • Gunakan teknik melahirkan janin, seperti penggunaan forsep untuk memudahkan kelahiran melalui vagina, yang merupakan metode yang lebih disukai bila memungkinkan.
  • Mendorong wanita hamil untuk menghindari kenaikan berat badan yang berlebihan selama kehamilan.
  • Meningkatkan akses terhadap intervensi nonmedis selama persalinan, seperti persalinan terus menerus (berkelanjutan) dan dukungan persalinan, yang telah terbukti dapat menurunkan angka kelahiran sesar.
  • Lakukan versi sefalik eksternal untuk presentasi sungsang.
  • Biarkan dilakukan persalinan percobaan untuk wanita dengan kehamilan kembar ketika kembar pertama dalam presentasi kepala.

ACOG dan SMFM merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk memperluas bukti dasar yang dapat menginformasikan keputusan mengenai persalinan sesar dan mempromosikan perubahan kebijakan yang bisa dengan aman mengurangi tingkat kelahiran sesar primer.

Safe Prevention of the Primary Cesarean Delivery adalah pedoman pertama dalam seri baru dari SMFM berjudul Obstetric Care Consensus. Tujuan dari seri ini adalah untuk menawarkan pelayanan yang berkualitas tinggi dan konsisten, serta merupakan ringkasan rekomendasi klinis untuk berlatih dokter kandungan dan subspecialists kedokteran feto-maternal. (Obstet Gynecol., 2014)

-Artikel Terjemahan– Sumber: http://www.medscape.com/viewarticle/820842

Temuan Keadaan Normal dan Abnormal dari Partograf

Oleh: Gita Kostania

Partograf merupakan alat bantu yang bertujuan untuk memantau kamajuan kala satu persalinan dan suatu informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf berisikan catatan hasil pemeriksaan/observasi meliputi kesejahteraan janin (DJJ, air ketuban, penyusupan kepala), dan kesejahteraan ibu/kemajuan persalinan (pembukaan, penurunan kepala, kontraksi, nadi, tekanan darah, suhu, dan pemeriksaan urin).

Par1

Par2

Partograf juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dini adanya distosia persalinan, yaitu persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan (setiap keadaan berikut dapat menyebabkan distosia) :

  1. Persalinan disfungsional –> akibat kontraksi uterus yang tidak efektif dan atau upaya mengedan ibu (power). Pada pertograf dilihat di kolom kontraksi.
  2. Perubahan struktur pelvis dan atau jalan lahir (passage). Indikator pada partograf dapat dilihat dari pembukaan yang melewati garis waspada dan penurunan kepala janin.
  3. Sebab-sebab pada janin –> kelainan presentasi/posisi, bayi besar, dan jumlah janin (passengers).
  4. Indikator lain pada partograf ditunjukkan dengan DJJ <110 atau >160 kali per menit.
  5. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
  6. Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistim pendukung.

Persalinan Disfungsional

Persalinan disfungsional dijelaskan sebagai kontraksi uterus tidak normal yang menghambat kemajuan dilatasi cerviks normal, kemajuan pendataran cerviks dan kemajuan penurunan kepala.

Pada kala dua, “persalinan disfungsional” yaitu suatu kontraksi uterus tidak adekuat untuk mendorong janin keluar rahim (upaya mengejan).

Upaya mengejan menjadi lebih berat disebabkan oleh : penggunaan analgesik dalam jumlah besar, pemberian anastesi, ibu keletihan, hidrasi yang tidak adekuat, dan posisi ibu.

Par3

Par4

Perubahan Struktur Pelvis

Distosia karena kelainan jalan lahir (passage) terutama pelvis, dapat menyertai kontraktur diameter pelvis yang mengurangi kapasitas tulang pelvis (termasuk pintu atas panggul, pintu bawah panggul, dan atau setiap kombinasi tulang-tulang tersebut.

Kelainan karena pelvis mengakibatkan kala dua lama –> kelainan anatomi dan ketidaksesuaian ukuran pelvis dan janin, dapat mengakibatkan kelainan presentasi, dan menghambat penurunan janin.

Par5

Sebab pada Janin

Distosia yang berasal dari janin bisa disebabkan oleh anomali (kelainan anatomi janin), ukuran janin yang berlebihan, malpresentasi, malposisi, dan kehamilan kembar.

Komplikasi yang berhubungan dengan distosia yang berasal dari janin meliputi : risiko asfiksia neonatal, cidera atau fraktur pada janin, dan laserasi vagina pada ibu.

Faktor janin yang mengalami kelainan, dapat dilahirkan per vaginam, namun insiden kelahiran dengan alat (forcep rendah dan ekstraksi vacuum) dan operasi sesaria meningkat.

Posisi Ibu

Hubungan fungsional antara kontraksi uterus, janin, dan panggul ibu berubah akibat posisi ibu.

Pangaturan posisi dapat memberi keuntungan dan atau kerugian mekanis terhadap mekanisme persalinan/kelahiran janin dengan mengubah efek grafitasi dan hubungan antara bagian-bagian tubuh yang penting.

Terhambatnya gerakan maternal/ibu dan pembatasan posisi pada kala dua persalinan terhadap posisi dorsal recumbent dan litotomi, dapat menghambat kelancaran kelahiran janin à meningkatkan distosia dan menyebabkan kebutuhan untuk melakukan pertolongan persalinan dengan bantuan (forcep rendah dan ekstraksi vacuum) dan operasi sesaria meningkat.

Respon Psikologis

Ibu bersalin dalam tahapan kala dua persalinan yang mengalami stress (cemas, takut dan gelisah), dapat mengakibatkan pelepasan hormone yang berhubungan dengan stress meningkat (ß-endorfin, hormone adrenokortikotropik/ACTH, kortisol dan epinefrin), sehingga dapat menyebabkan distosia pada kala dua.

Sumber stress dapat bervariasi pada tiap individu, tetapi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian distosia/kala dua memanjang adalah nyeri dan tidak adanya pendukung.

Tirah baring dan pembatasan gerak ibu dapat menambah stress psikologis yang berpotensi menambah stress fisiologis akibat imobilisasi pada ibu bersalin yang tidak mendapat pengobatan.

Referensi:

  1. Bobak, Lowdermilk, Jensen (Alih bahasa: Wijayarini, Anugerah). 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. EGC, Jakarta.
  2. Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23. The Mc Graw-Hill Companies, USA.
  3. Fraser, Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles, Buku Ajar Bidan, edisi 14. EGC, Jakarta.
  4. JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR Depkes RI, Jakarta.