Berfikir Kritis (Critical Thinking) dalam Kebidanan

Oleh: Gita Kostania

Diupload pada: https://www.academia.edu/43411551/Berfikir_Kritis_Critical_Thinking_dalam_Kebidanan

Pendahuluan

Dalam bahasan ini, kita akan mempelajari tentang Berfikir Kritis dalam Kebidanan. Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan dapat melaksanakan praktik kebidanan berdasarkan prinsip Berfikir Kritis (critical thinking). Setelah mempelajari materi ini, secara umum Anda diharapkan dapat menerapkan berfikir kritis dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Sedangkan secara khusus Anda diharapkan mampu:

  1. Mengelola sumber informasi yang sesuai sebagai dasar pengambilan keputusan dalam berfikir kritis.
  2. Menyampaikan alasan ilmiah yang terstruktur sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
  3. Mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah didapat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
  4. Mengidentifikasi asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-bukti ilmiah yang telah didapat untuk dilakukan analisis kritis.
  5. Mengevaluasi pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-bukti ilmiah yang didapat.
  6. Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah dievaluasi (langkah 5) dengan mempertimbangkan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami.

Uraian Materi

Berfikir kritis kadang-kadang dapat menjadi proses yang rumit dan membutuhkan sumber ilmiah yang sistematik dan pemikiran kritis yang kadang membingungkan. Namun, dalam pelayanan asuhan kebidanan, proses berfikir kritis merupakan dasar dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan, sehingga sangat penting dikuasai sebagai landasan dalam pengambilan keputusan klinis.

Scriven, M & Paul, R, dalam Anonim (2019) mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu proses disiplin intelektual yang secara aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan / atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan. Dalam bentuk keteladanannya ini, didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal yang melampaui pembagian materi: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti yang kuat, alasan yang baik, kedalaman, luas, dan keadilan. Sedangkan menurut John (2016), berfikir kritis adalah suatu cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. Untuk dapat menerapkan berfikir kritis, diperlukan kemampuan kemampuan intelektualitas, pengalaman, dan sumber referensi/ bukti yang kuat.

Proses berfikir kritis bertujuan untuk:

  1. Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat.
  2. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan.
  3. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran.
  4. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah yang kompleks.

Adapun untuk mengembangkan proses berfikir kritis, diperlukan keterampilan dalam hal: analisis, reasoning, evaluating, desision making, dan problem solving. Dalam penerapan asuhan kebidanan, penerapan berfikir kritis ditujukan agar mahasiswa dapat melakukan pemecahan masalah (problem solving) yang mungkin dijumpai dalam kasus-kasus kebidanan yang dijumpai di lapangan. Untuk dapat melakukan pemecahan masalah sesuai dengan prinsip berfikir kritis, maka perhatikan langkah-langkah berikut:

  1. Lakukan identifikasi masalah. Dalam asuhan kebidanan, identifikasi masalah merupakan diagnosis kasus. Diagnosis dapat ditegakkan dengan baik apabila pengumpulan data subjektif dan objektif dilakukan secara benar dan menyeluruh.
  2. Mengeksplorasi informasi dan membangun ide. Eksplorasi informasi berarti mengumpulkan dasar/bukti ilmiah yang relevan sebagai bahan rujukan dalam penatalaksanaan kasus. Sedangkan membangun ide adalah mengambil kemungkinan-kemungkinan keputusan klinik berdasarkan bukti ilmiah/ referensi terbaik dan berdasarkan standar prosedur yang berlaku.
  3. Memilih ide terbaik. Dalam tahapan ini, kita dapat salah satu keputusan klinik yang telah kita bangun (berdasarkan kajian ilmiah) guna mendukung asuhan yang evidence based.
  4. Uji coba keputusan klinik. Pada tahapan ini, solusi yang ditawarkan sebelumnya, kita uji coba pada pasien berdasarkan prinsip-prinsip etika yang berlaku.
  5. Langkah terakhir adalah melakukan evaluasi hasil. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan metode yang digunakan, sehingga dapat diaplikasikan pada banyak kasus.

Dalam mengimplementasikan berfikir kritis, perlu diperhatikan beberapa kunci pokok sebagai berikut:

  1. Setiap menjumpai masalah klinis, kita berhenti sejenak dari aktivitas untuk sejenak berfikir tentang keilmiahan kasus tersebut.
  2. Kemudian kita bangun asumsi-asumsi yang mungkin dari aksus tersebut, meliputi: kemungkinan penyebab, kemungkinan diagnosis, kemungkinan asuhan yang dapat diberikan, kemungkinan respon klien dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul.
  3. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi informasi-informasi yang telah kita dapatkan sebagai dasar pemecahan masalah.
  4. Langkah berikutnya adalah menyusun kesimpulan sebagai bekal pada langkah terakhir.
  5. Terakhir, kita susun rencana tindakan berdasarkan kesimpulan yang telah kita buat.

Dalam menerapkan berfikir kritis, diperlukan pengetahuan yang cukup akan kasus yang dihadapai, pengalaman di lapangan (clinical experience), dan lakukan penilaian akhir dengan menggunakan akal sehat. Adapun langkah-langkah berfikir kritis yang disarikan dalam Elmansy (2016) adalah sebagai berikut:

  1. Knowledge. Langkah pertama adalah mengelola sumber informasi yang sesuai sebagai dasar pengetahuan dalam pengambilan keputusan dalam berfikir kritis. Langkah ini mengidentifikasi argumen atau masalah yang perlu diselesaikan. Pertanyaan harus diajukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang masalah tersebut. Dalam beberapa kasus, tidak ada masalah aktual, sehingga tidak perlu menggunakan langkah selanjutnya dalam langkah-langkah model berpikir kritis. Pertanyaan-pertanyaan dalam tahap ini harus terbuka untuk memungkinkan kesempatan untuk membahas dan mengeksplorasi alasan utama. Pada tahap ini, dua pertanyaan utama yang perlu diajukan: Apa masalahnya? Dan mengapa kita harus menyelesaikannya?
  2. Comprehension. Pada langkah ini disampaikan alasan ilmiah yang terstruktur sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, dengan memahami apa yang dibaca, didengar atau dilihat secara komprehensif. Setelah masalah teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah memahami situasi dan fakta-fakta yang sesuai. Data dikumpulkan berdasarkan permasalahannya menggunakan salah satu metode penelitian yang dapat diadopsi tergantung pada masalah, jenis data yang tersedia, dan batas waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
  3. Aplication. Mengetahui penerapan yang akan dilaksanakan secara komprehensif, dengan mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah didapat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Langkah ini melanjutkan langkah sebelumnya untuk melengkapi pemahaman tentang berbagai fakta dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dengan membangun hubungan antara informasi dan sumber daya. Peta pikiran dapat digunakan untuk menganalisis situasi, membangun hubungan antaranya dan masalah inti, dan menentukan cara terbaik untuk langkah selanjutnya.
  4. Analize. Menganalisis masalah dengan membaginya menjadi sub-sub masalah dan mempelajarinya per bagian. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-bukti ilmiah yang telah didapat untuk dilakukan analisis kritis. Setelah informasi dikumpulkan dan hubungan dibangun di antara masalah utama, situasinya dianalisis untuk mengidentifikasi situasi, titik kuat, titik lemah, dan tantangan yang dihadapi saat memecahkan masalah. Prioritas ditetapkan untuk penyebab utama dan menentukan bagaimana hal tersebut dapat diatasi dalam solusi. Salah satu alat yang umum digunakan yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah dan keadaan di sekitarnya adalah diagram sebab akibat, yang membagi masalah dari penyebabnya dan bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai penyebab dan mengelompokkannya berdasarkan jenis dan dampaknya pada masalah.
  5. Synthesis. Melakukan sintesis dengan mengkombinasikan analisis-analisis yang telah dibuat ke dalam bentuk teori baru, dilakukan dengan mengevaluasi pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-bukti ilmiah yang didapat. Pada tahap ini, setelah masalah sepenuhnya dianalisis dan semua informasi yang berkaitan dengannya dipertimbangkan, keputusan harus dibuat tentang bagaimana menyelesaikan masalah dan rute awal yang harus diikuti untuk mengambil keputusan ini menjadi tindakan. Jika ada sejumlah solusi, mereka harus dievaluasi dan diprioritaskan untuk menemukan solusi yang paling menguntungkan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam memilih solusi masalah adalah analisis SWOT yang cenderung mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
  6. Take action. Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah dievaluasi (langkah 5) dengan mempertimbangkan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami. Pada langkah terakhir ini, membangun evaluasi tentang masalah yang dapat diterapkan. Evaluasi dengan menyimpulkan berdasarkan pertimbangan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami. Hasil pemikiran kritis harus ditransfer ke dalam langkah-langkah tindakan. Jika keputusan melibatkan proyek atau tim tertentu, rencana tindakan dapat diimplementasikan untuk memastikan bahwa solusi tersebut diadopsi dan dilaksanakan sesuai rencana.

Metode berpikir kritis dapat diadopsi untuk menggantikan emosi dan bias teliti ketika mencoba berpikir tentang suatu situasi atau masalah. Waktu untuk mengadopsi pemikiran kritis bervariasi berdasarkan masalah, mungkin perlu beberapa menit hingga beberapa hari. Keuntungan menggunakan metode berfikir kritis adalah memberikan kontribusi untuk memperluas perspektif kita tentang situasi dan memperluas kemungkinan pemikiran kita. Namun, langkah-langkah ini harus diterjemahkan ke dalam rencana tindakan yang memastikan bahwa resolusi yang diputuskan dicapai dengan baik dan terintegrasi antara semua cabang ilmu yang terkait dan sistem yang terlibat.

Gambar: Critical Thinking Skills

Setelah memahami prinsip berfikir kritis, berikut diuraikan tentang prinsip manajemen asuhan kebidanan. Manajemen asuhan kebidanan terdiri atas 7 langkah (Varney, 1997), meliputi:

  1. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif didapatkan dari pemeriksaan langsung pada pasien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

  1. Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan “nomenklatur standar diagnosa”) dan atau masalah yang menyertai. Dapat juga dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya.

  1. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh: seorang wanita yang hamil pertama kali, tetapi letak janinnya tidak normal (misalnya: bayi letak sungsang), yang harus diantisipasi adalah terhadap kemungkinan kelahiran bayi tersebut apabila ingin dilahirkan pervaginam, maka bidan harus dipertimbangkan besarnya janin dan ukuran panggul ibu, juga harus dapat mengantisipasi terjadinya persalinan macet (aftercoming head) pada waktu melahirkan kepala.

  1. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.

  1. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksankannya.

  1. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar  terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

  1. Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar dalam pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang telah diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama dengan hasil evaluasi secara keseluruhan.

Penerapan berfikir kritis dalam asuhan kebidanan pada dasarnya sudah tergambar dalam manajemen kebidanan. Namun, dalam bahasan ini, kita akan lebih memperdalam lagi tentang proses (perjalanan) berfikir kritis. Sebagai bahan belajar dan agar lebih memahami proses dalam berfikir kritis, perhatikan daftar tilik “Keterampilan Berfikir Kritis” yang diadopsi dari Lamm (2016), sebagai berikut:

No. Langkah Penjelasan Keterangan
PROBLEM Presentasi masalah –> ketua kelompok bertugas menjelaskan kasus/ masalah kebidanan ataupun situasi yang berkaitan dengan masalah kebdianan kepada anggota tim, dan solusi-solusi yang sebelumnya telah dipaparkan. Waktu yang disarankan: 5 menit. Sangat membantu untuk memberikan deskripsi tertulis tentang masalah sebelum sesi.
1 INTERPRETATION INTERPRETASI – Untuk mengklarifikasi masalah atau situasi dan memastikan bahwa semua anggota tim memiliki pemahaman yang sama tentang masalah ini.

a.      Pertimbangkan 5W: siapa, apa, kapan, mengapa, di mana dan bagaimana

b.     Apa yang terjadi?

c.      Siapa orang yang terlibat?

d.     Siapa yang memiliki kepemilikan atau kepentingan besar dalam proses tersebut?

e.      Apa cara terbaik untuk mengkarakterisasi, mengelompokkan, atau mengklasifikasikan ini?

 

Waktu yang Disarankan: 10 menit. Anggota tim mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi masalah.

 

Begitu anggota tim merasa bahwa mereka memahami masalahnya secara mendalam, mereka siap untuk beralih ke ANALISIS

 

 

2 ANALYSIS ANALISIS – Untuk membahas masalah secara menyeluruh, mengeksplorasi hubungan inferensial yang dimaksudkan dan aktual antara pernyataan dan pertanyaan dari anggota tim. Pertimbangkan perspektif, keyakinan, asumsi, dan pendapat setiap orang. Analisis fakta dan metrik yang tersedia untuk menguatkan bukti.

a.      Beri tahu kami alasan Anda membuat klaim itu.

b.     Apa kesimpulan Anda?

c.      Apa yang Anda klaim?

d.     Mengapa Anda berpikir begitu?

e.      Apa argumennya (pro dan kontra)?

f.       Asumsi apa yang harus kita buat untuk menerima kesimpulan itu?

g.     Apa dasar Anda untuk mengatakan itu?

h.     Apa masalah mendasar atau tersembunyi?

i.       Seperti apakah kesuksesan itu bagi semua orang yang terlibat dalam masalah?

j.       Kontribusi apa yang diberikan ketua tim / penyaji terhadap masalah?

 

Waktu yang Disarankan: 20 menit. Anggota tim membahas masalah, jelajahi penilaian, argumen, pendapat, dan kesimpulan masing-masing orang. Pemimpin tim mendengarkan diskusi.

 

3 INFERENCE INFERENSI – Untuk mengidentifikasi dan mengamankan elemen yang diperlukan guna menarik kesimpulan yang masuk akal. Tim akan menggunakan data, pernyataan, prinsip, bukti, kepercayaan, dan pendapat dari fase analisis dan gagasan curah pendapat. Ini adalah waktu untuk mengidentifikasi solusi yang mungkin dan mendiskusikan kelayakan setiap solusi.

a.      Mengingat apa yang kita ketahui sejauh ini, kesimpulan apa yang bisa kita tarik?

b.     Mengingat apa yang kita ketahui sejauh ini, apa yang bisa kita singkirkan?

c.      Apa yang disiratkan oleh bukti ini?

d.     Jika kita mengabaikan atau menerima asumsi itu, bagaimana hal akan berubah?

e.      Informasi tambahan apa yang kita butuhkan untuk menyelesaikan pertanyaan ini?

f.       Jika kita mempercayai hal-hal ini, apa implikasinya bagi kita untuk langkah selanjutnya?

g.     Apa konsekuensi dari melakukan hal-hal seperti itu?

h.     Apa saja alternatif yang belum kita jelajahi?

i.       Mari kita pertimbangkan setiap opsi dan lihat ke mana kita membawa.

j.       Apakah ada konsekuensi yang tidak diinginkan yang dapat dan harus kita ramalkan?

 

Waktu yang Disarankan: 20 menit. Anggota tim melakukan brainstorming solusi yang mungkin, menggunakan semua informasi yang tersedia. Pemimpin tim dapat memberikan masukan dan arahan, jika diinginkan.

 

Setelah anggota tim merasa bahwa mereka telah menjelajahi semua informasi, data, dan pertanyaan, istirahat disarankan. Ketika tim berkumpul kembali, mereka siap untuk melanjutkan ke EVALUASI, dimulai dengan rekap proses dan kemungkinan solusi.

 

 

 

 

4 EVALUATION EVALUASI – Untuk menilai kredibilitas solusi dari fase inferensi dan meninjau setiap bukti dan ide baru yang dihasilkan sejak sesi sebelumnya. Evaluasilah dengan mata segar, validitas solusi yang mungkin dan selidiki kelemahan dalam berpikir dan logis.

a.       Seberapa kredibel klaim itu?

b.      Mengapa kita berpikir kita bisa mempercayai apa yang dikatakan orang ini?

c.       Seberapa kuat argumen itu?

d.      Apakah kita memiliki fakta yang benar?

e.       Seberapa yakin kita dalam kesimpulan kita, mengingat apa yang kita ketahui sekarang?

f.        Apa konsekuensi dari solusi ini?

g.      Akan seperti apa dalam setahun jika kami menerapkan solusi ini?

 

Waktu yang Disarankan: 10 menit. Mulailah dengan merekam ulang proses, solusi yang mungkin dan bagaimana tim sampai pada mereka. Ketua tim mengajukan pertanyaan tentang solusi yang mungkin. Kemudian anggota tim mengevaluasi validitas argumen atau solusi mereka.

 

Setelah anggota tim merasa bahwa mereka telah mengevaluasi argumen atau solusi mereka secara menyeluruh, mereka siap untuk mempersiapkan PENJELASAN mereka dan mempertimbangkan langkah-langkah tindakan.

 

 

5 EXPLANATION PENJELASAN – Untuk menggambarkan proses yang tim jalani untuk sampai pada solusi. Mengklarifikasi proses berpikir memberikan konteks bagaimana proses pemikiran berkembang.

a.      Apa temuan spesifik atau hasil investigasi?

b.     Jelaskan bagaimana Anda melakukan analisis itu!

a.      Bagaimana Anda sampai pada penafsiran itu?

b.     Bawa kami melalui alasan Anda sekali lagi!

c.      Mengapa menurut Anda itu jawaban yang tepat atau solusinya?

d.     Bagaimana Anda akan menjelaskan mengapa keputusan khusus ini dibuat?

e.      Apa konteks di mana Anda membuat keputusan ini?

 

Waktu yang Disarankan: 10 mnt. Anggota tim menyampaikan dan menguraikan penjelasan mereka tentang keputusan atau solusi yang diusulkan.

 

Setelah anggota tim memiliki konsensus tentang keputusan atau solusi yang diusulkan, mereka laporkan pada ketua tim.

 

 

 

6 SELF-REGULATION REGULASI DIRI/ KONTROL DIRI – Untuk secara sadar memeriksa pemikiran Anda dan mengevaluasi potensi bias Anda. Mengevaluasi penilaian inferensial tim dengan pandangan terhadap pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau menghubungkan salah satu alasan seseorang atau hasil seseorang.

a.       Posisi kami tentang masalah ini masih terlalu kabur. Bisakah kita lebih tepat?

b.      Seberapa baik metodologi kami, dan seberapa baik kami mengikutinya?

c.       Apakah ada cara kita merekonsiliasi dua kesimpulan yang tampaknya saling bertentangan ini?

d.      Seberapa baik bukti kita?

e.       OK, sebelum kita berkomitmen, apa yang kita lewatkan?

f.        Saya menemukan beberapa definisi kami sedikit membingungkan. Bisakah kita meninjau kembali apa yang kita maksudkan dengan hal-hal tertentu sebelum membuat keputusan akhir?

 

Waktu yang Disarankan: 10 menit. Ketua tim mempertanyakan, mengonfirmasi, memvalidasi, dan menghubungkan keputusan atau solusi yang diusulkan untuk memastikan proses dan kesimpulan yang lengkap.

 

Setelah tim merefleksikan dan merasa yakin dengan solusi, bersiaplah untuk membuat langkah tindakan spesifik.

 

 

EXECUTION LANGKAH TINDAKAN – Ketua tim atau fasilitator menguraikan langkah-langkah tindakan spesifik dan menugaskan anggota tim untuk setiap tugas dengan tenggat waktu yang diharapkan.

 

Akhirnya pemimpin tim menutup proses dengan meminta masukan tim tentang proses tersebut. Apa yang berhasil dan apa yang bisa diperbaiki untuk sesi pemecahan masalah di masa depan.

 

Waktu yang Disarankan: 15 mnt. Sangat membantu untuk memasukkan langkah-langkah tindakan ke lembar excel bersama sehingga semua anggota tim dapat memantau implementasi.

 

 

Ringkasan

Dalam menerapkan berfikir kritis, diperlukan pengetahuan yang cukup akan kasus yang dihadapai, pengalaman di lapangan (clinical experience), dan lakukan penilaian akhir dengan menggunakan akal sehat. Adapun langkah-langkah berfikir kritis yang disarikan dalam Elmansy (2016) adalah sebagai berikut:

  1. Knowledge. Langkah pertama adalah mengelola sumber informasi yang sesuai sebagai dasar pengetahuan dalam pengambilan keputusan dalam berfikir kritis.
  2. Comprehension. Pada langkah ini disampaikan alasan ilmiah yang terstruktur sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, dengan memahami apa yang dibaca, didengar atau dilihat secara komprehensif.
  3. Aplication. Mengetahui penerapan yang akan dilaksanakan secara komprehensif, dengan mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah didapat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
  4. Analize. Menganalisis masalah dengan membaginya menjadi sub-sub masalah dan mempelajarinya per bagian. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-bukti ilmiah yang telah didapat untuk dilakukan analisis kritis.
  5. Synthesis. Melakukan sintesis dengan mengkombinasikan analisis-analisis yang telah dibuat ke dalam bentuk teori baru, dilakukan dengan mengevaluasi pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-bukti ilmiah yang didapat.
  6. Take action. Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah dievaluasi (langkah 5) dengan mempertimbangkan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami. Pada langkah terakhir ini, membangun evaluasi tentang masalah yang dapat diterapkan.

Metode berpikir kritis dapat diadopsi untuk menggantikan emosi dan bias teliti ketika mencoba berpikir tentang suatu situasi atau masalah. Waktu untuk mengadopsi pemikiran kritis bervariasi berdasarkan masalah, mungkin perlu beberapa menit hingga beberapa hari. Keuntungan menggunakan metode berfikir kritis adalah memberikan kontribusi untuk memperluas perspektif kita tentang situasi dan memperluas kemungkinan pemikiran kita. Namun, langkah-langkah ini harus diterjemahkan ke dalam rencana tindakan yang memastikan bahwa resolusi yang diputuskan dicapai dengan baik dan terintegrasi antara semua cabang ilmu yang terkait dan sistem yang terlibat.

Setelah memahami prinsip berfikir kritis, berikut diuraikan tentang prinsip manajemen asuhan kebidanan. Manajemen asuhan kebidanan terdiri atas 7 langkah (Varney, 1997), meliputi:

  1. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar. Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif.
  2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar. Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan “nomenklatur standar diagnosa”) dan atau masalah yang menyertai.
  3. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi..
  4. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera. Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
  5. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
  6. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan. Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
  7. Langkah VII: Evaluasi. Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis.

Kunjungi: https://www.academia.edu/43411551/Berfikir_Kritis_Critical_Thinking_dalam_Kebidanan –> untuk mensitasi dan mengunduh materi.