Melahirkan Normal Secara Alami (Sebuah Cerita – Part 1)

Sebuah kisah tentang perjalanan menjadi seorang ibu, yang surga pun berada di telapak kakinya, by. Gita Kostania.

Sebelumnya, perkenankan Saya berbagi tentang pengalaman proses persalinan anak pertama, yang sebenarnya sudah berlangsung satu tahun yang lalu, tepatnya 2 Februari 2019. Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimus shalihat, Segala puji bagi Alloh yang denganNya kebaikan-kebaikan menjadi sempurna.

Segala puji bagi Alloh ta’ala yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya kepada Saya untuk dipercaya mengandung dan melahirkan. Semoga Anda yang belum menikah segera mendapatkan jodoh terbaik dari Alloh, yang belum hamil dimudahkan untuk dapat hamil, yang sudah hamil dilancarkan proses persalinannya, dan yang sudah hamil dan melahirkan semoga dikuatkan menjadi seorang ibu. Aamiin. 

Izinkan Saya bercerita dengan kapasitas seorang ibu yang pernah hamil dan melahirkan (bukan bidan), dengan pengalaman yang sedikit ‘diluar’ ekspektasi, diluar dugaan dari ilmu (teori, praktek dan pengalaman) kebidanan yang saya pelajari. Kenyataan yang Saya alami ini, bahwa teori-teori yang Saya pelajari tersebut berbeda dengan kenyataannya. Pengalaman pertama Saya ini juga belum pernah Saya jumpai pada pasien-pasien yang pernah Saya kelola maupun pasien-pasien dari calon bidan yang saya bimbing di lahan praktik. Saya meyakini bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu relatif, maka jadikan hal tersebut sebagai acuan, namun janganlah dijadikan pedoman seutuhnya dalam mengambil keputusan.

*Kehamilan

Baiklah, langsung saja saya mulai dari kehamilan untuk memberikan gambaran jelas riwayat kehamilan sebelum memasuki proses persalinan.

Alhamdulillah proses kehamilan saya lancar, meskipun mengalami ketidaknyamanan yang umum dialami ibu hamil, tapi Alhamdulillah bisa diatasi sendiri dengan baik tanpa menggunakan obat-obatan. Saya menikmati setiap proses perubahan yang terjadi selama kehamilan dengan penuh rasa syukur dan antusias. Saya merasa percaya diri menghadapi proses tersebut berbekal pengalaman-pengalaman dari para wanita hamil yang pernah saya asuh dan dari proses bimbingan dengan adik-adik calon bidan. Namun, ternyata pada trimester (TM) 3 saya mengalami komplikasi berupa kelainan letak janin, posisi kepala janin berada pada Oksiput Posterior (janinnya posisi telentang). Menjelang aterm (tepatnya 36mg), janin lagi-lagi belum masuk panggul, karena posisi masih Oksiput Posterior (OP). Saat itu TBJ hasil USG= 3169gram, dengan kenaikan BB saya sudah mencapai 23 kg. Luar biasa fantastis ^_^. Apa yang saya lakukan saat itu? saya rajin menggunakan gym ball untuk latihan dan posisi cat cows. Lalu 2 minggu kemudian tepatnya 38 mg, saya coba periksa ke bidan yang akan saya mintai tolong untuk membantu proses persalinan saya (UK 38mg), hasilnya sama, belum masuk PAP (pintu atas panggul). Sebenarnya saya bisa merasakan, gejalanya: keluhan sering BAK (buang air kecil) tidak kentara dan saya merasa “seseg”. Apa yang saya lakukan, sama dengan sebelumnya, namun kali ini ditambah dengan pekerjaan domestik (ngepel lantai ala “Inem”). Saya tetap optimis bisa melahirkan normal. Saya juga lebih intense lagi melakukan self hypnosys. Hasilnya? satu minggu kemudian (UK 39mg), alhamdulillah kepala janin sudah masuk PAP dan sudah ada tanda-tanda persalinan.

** Persalinan

Saya ceritakan proses persalinan saya mulai adanya lendir darah pertama kali.

  • Kamis, 31 Januari 2019

Pagi-pagi, bangun tidur, keluar blood show (lendir darah), braxton hicks mulai dirasakan lebih intense setelah sarapan. Kontraksi masih sangat jarang dan tidak terasa. Tetap saya pantau, namun saya belum ke klinik bidan untuk meminta pertolongan, kenapa? karena masih kontraksi palsu meskipun sudah ada lendir darah. Aktivitas saya masih biasa, dengan durasi latihan panggul, latihan nafas dan afirmasi lebih intense. Aktivitas tambahan yang saya lakukan adalah: bersih-bersih seluruh ruangan rumah ^_^.

  • Jumat, 1 Februari 2019

Pagi-pagi, bangun tidur, lagi-lagi keluar blood show, namun tidak lebih banyak dari hari sebelumnya. Akan tetapi, malamnya saya merasakan peningkatan intensitas braxton hick yang membuat saya dapat merasakan sedikit ketidaknyamanan namun masih bisa tidur dengan nyenyak. Hari itu tepat usia kehamilan saya 39 minggu, dan jadwal periksa hamil. (Hasilnya di poin sebelumnya). Waktu itu saya minta kepada bu Bidan Irma Rahmawati, A.Md.Keb., untuk tidak dilakukan Periksa Dalam (PD), dipantau dulu kontraksinya, dan beliau menyetujuinya. Hari itu, saya masih sempat pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan dapur >_<. Saat berada di pasar, saya mulai merasakan kontraksi yang semakin sering dan terasa, namun masih bisa dikondisikan nyerinya. Kontraksi yang saya rasakan belum teratur, dan frekuensinya masih jarang. Menjelang sore hari, saya mulai merasakan nyeri, lagi-lagi masih bisa dikondisikan. Saat itu frekuensi sudah mulai teratur, namun masih jarang, interval masih lebih dari 10 menit, serta durasi masih kurang dari 30 detik. Menjelang malam hari, kontraksi semakin sering sampai mengganggu tidur saya. Untuk mendistraksi nyeri, dari sore hari sampai tengah malam, saya mengerjakan pekerjaan (proposal penelitian), disamping mengejar deadline >_<. Ya, waktu itu memeang saya tidak bisa tidur, terganggu oleh kontraksi yang sudah mulai teratur. Sekira menjelang jam 12 malam, kontraksi= 2 kali/10 menit/<30 detik, berarti kontraksi datang setiap 5 menit sekali.

  • Sabtu, 2 Februari 2019

Pagi hari, setelah sarapan, saya tetap memantau kontraksi, namun kali ini sudah lebih sering bersandar pada gym ball. Saat itu, saya masih berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan sampai pukul 10 pagi. Setelahnya, saya fokus untuk mengobservasi kontraksi dan relaksasi nafas dalam. Saya dibantu oleh kakak saya (mb Happy) dalam mengurangi rasa nyeri, dengan memijat daerah punggung bawah dan perut bawah menggunakan minyak *Sagha Premium (iklan sedikit) ^_<. Saya tetap bertahan di rumah sampai sekira jam 3 sore. Apa yang membuat saya bertahan? karena frekuensi his tetap setiap 5 menit dari awal mula persalinan. Patokan saya pergi ke klinik bidan adalah saat nyeri tidak tertahankan datang. Alhamdulillan proses kala 1 berjalan lancar dilakukan di rumah, dengan penerapan teknik pengurangan rasa nyeri: penggunaan gymball, relaksasi nafas dalam, penggunaan minyak terapi, dan afirmasi (hypnotherapy).

Gambar: Gymball yang Saya gunakan selama hamil dan persalinan

 

–> Pukul 15.00

Kontraksi 2 kali/10 menit/>60 detik. Saya merasakan nyeri yang luar biasa saat kontraksi (namun belum merasakan ingin BAB), lalu saya putuskan untuk pergi ke klinik bidan.

–> Pukul 15.30

Periksa dalam (PD) pembukaan 7-8cm, cerviks lunak, presentasi belakang kepala, dilakukan oleh bidan Ari atas supervisi bu bidan Irma. Setelah PD, ketuban pecah spontan, jernih. Hasil periksa: DJJ (denyut jantung janin) teratur, kontraksi 2 kali/10 menit/50-60 detik.

–> Pukul 16.30

Merasa ingin mengedan, PD pembukaan 10 cm (lengkap), kepala masih tinggi. Percobaan mengedan: kepala turun ke dasar panggul. Kontraksi: 2 kali/10 menit/50-60 detik.

Keterangan: Hingga sampai kala 2, kontraksi uterus bertahan pada 2 kali/10 menit. Untuk durasi, pada kala 1 aktif mendekati 60 detik, dan menjelang kala 2 akhir mengalami penurunan hingga bayi dilahirkan. Kemungkinan disebabkan oleh kurangnya intake nutrisi (saya skip makan siang).

–> Pukul 18.40

Bayi lahir spontan, jenis kelamin perempuan, menangis spontan dan kuat, BBL: 3500 gram. Terjadi laserasi perineum (lecet-lecet di kulit perineum), dapat disebut juga ruptur derajat 1.

Gallery

Memasuki Kala II Akhir

Bayi Lahir Pkl. 18.40

Kondisi Bayi Segera Setelah Lahir

Bersama Ibu Bidan Irma Rahmawati, A.Md.,Keb.

Bersama Ayahanda Tercinta Hari ke-1

____________

Dari proses panjang melahirkan anak pertama ini, saya banyak belajar tentang “memaknai”. Memaknai tentang kebenaran relatif. Ya, ilmu selalu berkembang, tidak ada yang benar mutlak. Kebenaran hanya milik Alloh. Proses yang saya alami kenyataannya berbeda dengan pengetahuan tentang kebidanan yang saya dalami selama bertahun-tahun. Proses berhari-hari itu benar adanya seperti yang diceritakan orang-orang. Namun, saya tidak menganggapnya sebagai suatu “kesakitan”, apalagi panik harus bolak balik pergi ke tempat pertolongan. Jadi, jelas ada perbedaannya antara mengetahui dasar teori dan yang hanya menjalaninya saja. Ibu yang tahu tentang dasar ilmu kehamilan dan persalinan dengan baik, akan menjalani proses ini dengan tenang dan terarah, sehingga keputusan yang diambil tepat. Apa outcomenya? janin sehat selamat dan ibu sehat bahagia. Jadi, ayo para perempuan calon mama, berdayakan dirimu, cari ilmu yang benar sebelum hamil dan melalui proses persalinan. Semoga kehamilan dan persalinanmu juga mudah ya, aamiin.

Demikian untuk pengalaman proses persalinan anak pertama saya. Selanjutnya mari ikuti bagian ke.dua dari postingan ini, tentang pengalaman melahirkan anak ke-dua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *