Imunisasi, Perlukah ?

“Ini pendapat saya mengenai ‘imunisasi’ atas diskusi kemarin sore dengan seorang sahabat, ibu muda P2. Antara pro dan kontra, saya berada di tengah-tengah”.

 bahaya-imunisasi-dan-vaksin

Imunisasi merupakan suatu pemberian/pemindahan/transfer antibodi yaitu daya tahan tubuh dari komponen plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu untuk menimbulkan kekebalan pasif yaitu memberikan perlindungan sementara dari penyakit. Pemberian kekebalan pasif ini, umumnya dilakukan dengan memberikan vaksin. Sehingga imunisasi dapat juga disebut vaksinasi, meskipun keduanya berbeda. Vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen dari virus/bakteri) yang dapat merangsang imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh. Semacam memberi “infeksi ringan”. Kekebalan tubuh juga dapat diperoleh secara aktif. Kekebalan aktif atau imunitas aktif adalah perlindungan dari penyakit sebagai akibat dari paparan sebelumnya dengan agen penyebab penyakit menular atau bagian dari agen infeksi (antigen). Perlindungan ini dapat dihasilkan setelah mendapatkan penyakit atau setelah menerima vaksin yang mencegah penyakit tersebut.

Terdapat pro dan kontra tentang pemberian imunisasi ini baik pada bayi-balita maupun dewasa. Dari testimony yang penulis dapatkan via googling, semuanya berimbang. Ada juga testimony dari pengalaman nyata yang didapatkan dari keluarga/teman/tetangga/pasien dari penulis tentang pendapatnya mengenai imunisasi. Ibu yang pro imunisasi memang umumnya anaknya terbukti baik/sehat tidak tertular penyakit infeksi berbahaya (mis: campak, rubella, dll), walaupun ada beberapa yang tetap terkena penyakit ifeksi, namun biasanya karena disertai dengan masalah gizi buruk dan atau karena faktor lain yang tidak diketahui. Beberapa yang kontra (tidak memberikan imunisasi) mengatakan bahwa anaknya sehat-sehat saja, tidak tertular penyakit infeksi berbahaya, bahkan ada juga yang jauh lebih sehat dari anak yang diberi imunisasi. Namun ada juga yang terkena penyakit infeksi berbahaya (campak) sebelum usianya genap satu tahun. Analisis yang penulis simpulkan, hal ini karena anak tersebut tidak diberikan ASI secara eksklusif (termasuk memberikan colostrum pada awal kelahiran bayi). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan apapun (susu formula, madu, bubur, dll) selama 6 bulan.

Note: Perlu diketahui bahwa, meskipun bayi tidak didiagnosis mengalami penyakit infeksi berat, namun bayi rentan mengalami demam (panas tinggi). Sebenarnya hal ini merupakan reaksi yang wajar pada sistem metabolisme bayi. Paling tidak bayi akan mengalami 12 kali demam dalam satu tahun (baik yang imunisasi atau tidak).

Semua literature menyatakan bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi lengkap dan mengandung kekebalan yang dibutuhkan anak. Perintah menyusui juga terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an:

1. QS. Luqman 14 : “…dan menyapihnya dalam dua tahun…”
2. QS Al-Baqarah 233: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”.

Menyusui (menurut Al-Qur’an) dapat disebut sebagai “imunisasi nabawi”. Jadi, disimpulkan bahwa kekebalan alamiah (tanpa tambahan zat ‘berbahaya’) akan didapat hanya dengan menyusui bayi dengan tepat seperti imunisasi menggunakan vaksin.

Kembali lagi pada persoalan awal tentang perlu tidaknya imunisasi, penulis simpulkan bahwa apabila kehidupan kita dikembalikan pada tuntutan agama, inshaaAllah semua akan tertata dengan baik. Imunisasi merupakan suatu program dari WHO (World Health Organization), yang jika penulis simpulkan dari beberapa sumber yang didapat, hal ini dapat dikaitkan dengan upaya konspirasi suatu bangsa yang ingin menguasai dunia. Ya, kelihatannya ‘lebay’, namun apabila ditelaah ulang mungkin Anda juga akan memahaminya.

Sebagai seorang tenaga kesehatan dan seorang perempuan, penulis menyatakan bahwa antara pro dan kontra, penulis berada di tengah-tengahnya. Melalui blog ini, penulis berusaha menyampaikan alasan-alasan tentang perlu tidaknya pemberian imunisasi secara berimbang.

Pendapat yang Pro (Perlu Imunisasi)

  1. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena telah banyak kasus ibu hamil membawa virus Toksoplasma, Rubella, Hepatitis B yang membahayakan ibu dan janin. Bahkan bisa menyebabkan bayi baru lahir langsung meninggal.
  2. Vaksinasi penting dilakukan untuk mencegah penyakit infeksi berkembang menjadi wabah seperti kolera, difteri, dan polio.
  3. Walaupun kekebalan tubuh sudah ada, akan tetapi kita hidup di negara berkembang yang notabene standar kesehatan lingkungan masih rendah. Apalagi pola hidup di zaman modern. Belum lagi kita tidak bisa menjaga gaya hidup sehat. Maka untuk antisipasi terpapar penyakit infeksi, perlu dilakukan vaksinasi.
  4. Efek samping yang membahayakan bisa kita minimalisasi dengan tanggap terhadap kondisi ketika hendak imunisasi dan lebih banyak cari tahu jenis-jenis merk vaksin serta jadwal yang benar sesuai kondisi setiap orang.
  5. Jangan hanya percaya isu-isu tidak jelas dan tidak ilmiah. Contohnya vaksinasi MMR menyebabkan autis. Padahal hasil penelitian lain yang lebih tersistem dan dengan metodologi yang benar, kasus autis itu ternyata banyak penyebabnya. Penyebab autis itu multifaktor (banyak faktor yang berpengaruh) dan penyebab utamanya masih harus diteliti.
  6. Jika ini memang konspirasi atau akal-akalan negara barat, mereka pun terjadi pro-kontra juga, terutama vaksin MMR. sampai sekarang negara barat juga tetap memberlakukan vaksin sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakatnya.
  7. Mengapa beberapa negara barat ada yang tidak lagi menggunakan vaksinasi tertentu atau tidak sama sekali? Karena standar kesehatan mereka sudah lebih tinggi, lingkungan bersih, epidemik (wabah) penyakit infeksi sudah diberantas, kesadaran dan pendidikan hidup sehatnya tinggi. Mereka sudah mengkonsumsi sayuran organik. Bandingkan dengan negara berkembang. Sayuran dan buah penuh dengan pestisida jika tidak bersih dicuci. Makanan dengan zat pengawet, pewarna, pemanis buatan, mie instant, dan lain-lain. Dan perlu diketahui jika kita mau masuk ke beberapa negara maju, kita wajib divaksin dengan vaksin jenis tertentu. Karena mereka juga tidak ingin mendapatkan kiriman penyakit dari negara kita.
  8. Ada beberapa fatwa halal dan bolehnya imunisasi. Ada juga sanggahan bahwa vaksin halal karena hanya sekedar katalisator dan tidak menjadi bagian vaksin. Contohnya Fatwa MUI yang menyatakan halal. Dan jika memang benar haram, maka tetap diperbolehkan karena mengingat keadaan darurat, daripada penyakit infeksi mewabah di negara kita.

Pendapat yang Kontra (Tidak Perlu Imunisasi)

  1. Vaksin haram karena menggunakan media ginjal kera, babi, aborsi bayi, darah orang yang tertular penyakit infeksi yang notabene pengguna alkohol, obat bius, dan lain-lain. Ini semua haram dipakai secara syari’at.
  2. Efek samping yang membahayakan karena mengandung mercuri, thimerosal, aluminium, benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yg akan memicu autisme, cacat otak, dan lain-lain.
  3. Lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya, banyak efek sampingnya.
  4. Kekebalan tubuh sebenarnya sudah ada pada setiap orang. Sekarang tinggal bagaimana menjaganya dan bergaya hidup sehat.
  5. Konspirasi dan akal-akalan negara barat untuk memperbodoh dan meracuni negara berkembang dan negara muslim dengan menghancurkan generasi muda mereka.
  6. Bisnis besar di balik program imunisasi bagi mereka yang berkepentingan. Mengambil uang orang-orang muslim.
  7. Menyingkirkan metode pengobatan dan pencegahan dari negara-negara berkembang dan negara muslim seperti minum madu, minyak zaitun, kurma, dan habbatussauda.
  8. Adanya ilmuwan yang menentang teori imunisasi dan vaksinasi.
  9. Adanya beberapa laporan bahwa anak mereka yang tidak di-imunisasi masih tetap sehat, dan justru lebih sehat dari anak yang di-imunisasi.

Apabila Anda termasuk yang pro imunisasi, maka tetaplah berfikir positif, jadikan upaya tersebut sebagai ikhtiar terbaik untuk mendapatkan status kesehatan yang diinginkan. Namun apabila termasuk yang kontra, selalu perhatikan status gizi (bayi-balita, dan dewasa), dan hiduplah secara seimbang. Penyakit (infeksi) tidak akan menjangkiti tubuh manusia apabila tubuh tersebut memiliki daya tahan tubuh yang baik. Untuk bayi, berikan ASI eksklusif (termasuk colostrum: ASI berwarna kekuningan yang keluar pertama) selama 6 bulan penuh. Dan sempurnakanlah menyusui sampai usia 2 tahun.
Apapun pilihan kita, sebagai insan yang beriman pasti tidak akan pernah ragu akan kebenaran Al-Qur’an. Terima kasih, semoga bermanfaat.

By. Oshigita Sweet, berbagai sumber.

Note:
Bagi yang kontra terhadap imunisasi (konvensional), klik …

Selengkapnya, silahkan mengunjungi laman:

  1. http://gizanherbal.wordpress.com/2011/02/09/18/
  2. http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/pro-kontra-hukum-imunisasi-dan-vaksinasi.html
  3. http://ummushofi.wordpress.com/2010/03/14/air-susu-ibu-asi-dan-keutamaannya-dalam-al-quran-dan-as-sunnah/
  4. http://www.bamah.net/2011/08/imunisasi-skandal-sadis-konspirasi-medis/

Tulis komentar