Asuhan Ibu Bersalin pada setiap Tahapan Persalinan

Tujuan Pembelajaran

1.      Mahasiswa dapat menjelaskan pemantauan kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin pada kala 1 dengan tepat

2.      Mahasiswa dapat menjelaskan persiapan persalinan dengan tepat

3.      Mahasiswa dapat menjelaskan tanda bahaya kala 1 dengan tepat.

 

Materi

1.      Pemantauan kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin

2.      Persiapan persalinan

3.      Tanda bahaya kala 1

Referensi

1.      Bobak, Lowdermilk, Jensen (Alih bahasa: Wijayarini, Anugerah). 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. EGC, Jakarta.

2.      Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23. The Mc Graw-Hill Companies, USA.

3.      Fraser, Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles, Buku Ajar Bidan, edisi 14. EGC, Jakarta.

4.      JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR Depkes RI, Jakarta.

5.      Simkin, Ancheta. 2005. Buku Saku Persalinan. EGC, Jakarta.

6.      Sumarah, Widyastuti, Wiyati. 2008. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin). Fitramaya, Yogyakarta.

 

 Tugas Mandiri

1.      Jelaskan cara menyiapkan larutan klorin 0,5% dari sediaan cair dan padat!

2.      Jelaskan cara membuat air DTT !

3.      Sebutkan persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan untuk persalinan !

4.      Sebutkan atat-alat dan bahan yang harus disiapkan dalam bak instrument (partus set) untuk menolong parsalinan dan kelahiran bayi !

 

Evaluasi

1.      Bagaimanakah cara mengetahui kemajuan persalinan ?

2.      Apa sajakah yang perlu diperiksa untuk memantau kesejahteraan ibu?

3.      Bagaimanakah cara menghitung DJJ pada pemantauan kesejahteraan janin, dan kapan dilakukan ?

4.      Sebutkan persiapan persalinan yang perlu dilakukan bidan !

5.      Sebutkan tanda bahaya kala 1 !

 

Tanda Bahaya Kala I Persalinan

*     Tanda bahaya kala 1 dapat diketahui dari hasil anamnesis maupun observasi/pengamatan kala 1 –> meliputi keadaan ibu dan janin.

*     Temuan-temuan tanda bahaya kala 1 dari hasil anamnesis dan pemeriksaan :

a.      Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah (show). Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18, rujuk segera dan dampingi.

b.      Ketuban pecah disertai dengan keluar mekonium kental. Tindakan: baringkan ibu miring, pantau ketat DJJ, segera rujuk dan dampingi (membawa partus set dan penghisap lender De Lee).

c.       Tanda-tanda atau gejala infeksi –> temperature >380 C, menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban berbau. Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18 dengan dosis 125 cc/jam, segera rujuk dan dampingi.

d.      Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg dan atau terdapat protein urine (pre eklamsia). Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18, berikan dosis awal 4 gram MgSO4 20% parenteral (IV) selama 20 menit, berikan 10 gram MgSO4 50% parenteral (IM), segera rujuk dan dampingi.

e.       DJJ kurang dari 110 atau lebih dari 160 kali per menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit –> dikatakan gawat janin. Tindakan : baringkan ibu miring, pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18 dengan dosis 125 cc/jam, segera rujuk dan dampingi.

f.       Tanda dan gejala syok –> nadi cepat dan lemah (lebih dari 110 kali per menit), TD menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat, berkeringat atau kulit lembab dan dingin, nafas cepat (lebih dari 30 kali per menit), cemas dan bingung atau tidak sadar, dan produksi urine sedikit (kurang dari 30 mL/jam). Tindakan : baringkan ibu miring (jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung), pasang infuse RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catether 16/18 dengan dosis awal 1 liter dalam waktu 15 – 20 menit dan dilanjutkan dengan 2 liter dalam 1 jam pertama kemudian turunkan dengan dosis 125 mL/jam, segera rujuk dan dampingi.

g.      Tanda dan gejala fase latent memanjang –> pembukaan cerviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam, kontraksi teratur (lebih dari 2 kali dalam 10 menit). Tindakan : segera rujuk dan dampingi.

h.      Tanda dan gejala partus lama –> pembukaan fase aktif melebihi garis waspada (pada partograf), pembukaan cerviks kurang dari 1 cm tiap jam, frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik. Tindakan : rujuk segera dan dampingi.

Persiapan Persalinan

 *     Persiapan persalinan dimulai dari masa kehamilan, dengan pemberian KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang persalinan. Sehingga diharapkan ibu hamil sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan.

*     Dalam mempersiapkan persalinan yang aman dan sehat, maka seorang bidan dan ibu/klien harus dapat bekerja sama dalam hal: mengurangi tingkat kecemasan, perencanaan persalinan dan orientasi tempat bersalin.

*     Adapun persiapan persalinan yang harus dilakukan oleh bidan adalah:

a.      Ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi

b.      Perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan

c.       Persiapan rujukan

d.      Asuhan sayang ibu

 

Persiapan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi

*     Persalinan dan kelahiran bayi dapat saja terjadi di tempat praktik bidan, Puskesmas, Polindes, Rumah Sakit, maupun rumah klien. Untuk itu, setiap akan menolong persalinan dan kelahiran bayi, pastikan ketersediaan bahan-bahan dan sarana yang memadai, serta laksanakan upaya pencegahan infeksi sesuai engan standar yang telah ditetapkan.

*     Dimanapun tempat persalinan dan kelahiran bayi terjadi, maka siapkanlah:

a.      Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.

b.      Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan.

c.       Air disinfeksi tingkat tinggi (DTT) untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum setelah bayi lahir.

d.      Kecukupan air bersih, klorin, detergen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan.

e.       Kamar mandi yang bersih, pastikan bahwa kamar mandi telah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%, dan dibersihkan dengan detergen.

f.       Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan, dan pastikan privasi terjaga.

g.      Penerangan yang cukup.

h.      Tempat tidur yang bersih untuk ibu, tutupi kasur dengan perlak/bahan yang mudah dibersihkan dan tidak tembus air/darah.

i.        Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.

j.        Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.

k.      Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir.

Persiapan Perlengkapan, Bahan-Bahan dan Obat-Obatan yang diperlukan

*     Bidan sebagai penolong harus sudah memastikan kelengkapan jenis dan bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.

*     Apabila tempat persalinan dan kelahiran bayi akan terjadi jauh dari fasilitas kesehatan, maka semua perlengkapan, bahan dan obat-obatan dibawa ke lokasi persalinan.

*     Ketidakmampuan dalam menyediakan semua perlengkapan, bahan dan obat-obat esensial yang dibutuhkan akan meningkatkan risiko terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir, sehingga keadaan ini dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi.

*     Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi :

a.      Periksa semua peralatan sebelum dan sesudah memberikan asuhan, dan segera ganti peralatan yang hilang/rusak.

b.      Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong ibu bersalin dan melahirkan bayinya, segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau hilang.

c.       Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai diantaranya: partus set, hecting set, resusitasi set, semua dalam keadaan sudah di-DTT atau steril.

 

Persiapan Rujukan

*     Apabila terjadi penyulit dan atau keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai yang dapat membahayakan jiwa ibu dan janin, maka kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya.

*     Apabila perlu dirujuk, maka siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan yang telah diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk partograf) untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

*     Apabila ibu datang hanya untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi, dan ia tidak siap atau kurang memahami akan keadaan yang dialaminya yang mengharuskan dirujuk, maka lakukan konseling terhadap ibu dan keluarga tentang perlunya upaya rujukan.

 

Asuhan Sayang Ibu

*     Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan dan kelahiran bayi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas asuhan kebidanan à dengan asuhan sayang ibu maka diharapkan dapat mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan/tidak menyenangkan selama proses persalinan.

*     Bentuk asuhan sayang ibu dalam persalinan:

a.      Memberikan dukungan emosional (pujian, semangat, bimbingan)

b.      Membantu pengaturan posisi ibu selama kala 1 dan kala 2

c.       Memberikan cairan dan nutrisi

d.      Pencegahan infeksi

e.       Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur.

*     Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu :

a.      Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan dukungan penuh selama proses persalinan dan kelahiran bayi

b.      Menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarga

c.       Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya

d.      Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan

e.       Siap dengan rencana rujukan apabila terjadi penyulit atau kegawatdaruratan.

Pemantauan Kemajuan Persalinan

Pemantauan Kemajuan Persalinan

*     Kemajuan persalinan ditandai dengan meningkatnya effacement dan dilatasi cerviks yang diketahui melalui pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada tanda gejala kala 2).

*     Selain effacement dan dilatasi cerviks, kemajuan persalinan dapat dinilai dari penurunan, fleksi, dan rotasi kepala janin. Penurunan kepala dapat diketahui dengan pemeriksaan abdomen (palpasi) dan atau pemeriksaan dalam.

Pemantauan Kesejahteraan Ibu

*     Kesejahteraan ibu selama proses persalinan harus selalu dipantau, karena reaksi ibu terhadap persalinan dapat bervariasi.

*     Pemantauan kesejahteraan ibu selama kala 1 disesuaikan dengan tahapan pesalinan yang sedang dilaluinya, apakah ibu sedang dalam fase aktif ataukah masih dalam fase laten persalinan. Pemantauan meliputi:  frekuensi nadi, suhu tubuh, tekanan darah, urinalisis, keseimbangan cairan, pemeriksaan abdomen, dan pemeriksaan jalan lahir.

1)  Frekuensi Nadi

*     Frekuensi nadi merupakan indikator yang baik dari kondisi fisik umum ibu.

*     Frekuensi nadi normal berkisar antara 60 – 90 kali per menit. Apabila frekuensi nadi meingkat lebih dari 100 kali denyutan per menit, maka hal tersebut dapat mengindikasikan adanya kecemasan yang berlebih, nyeri, infeksi, ketosis dan atau perdarahan.

*     Frekuensi nadi pada kala 1 fase laten dihitung setiap 1 – 2 jam sekali, dan pada kala 1 fase aktif setiap 30 menit.

2)  Suhu Tubuh

*     Suhu tubuh ibu selama proses persalinan harus dijaga agar tetap dalam kondisi normal (36,50 – 37,50 C).

*     Apabila terjadi pireksia, maka dapat menjadi indicator terjadinya infeksi, ketosis, dehidrasi, atau dapat juga berkaitan dengan analgesia epidural.

*     Pada proses persalinan normal, pameriksaan suhu tubuh ibu pada kala 1 (fase laten dan fase aktif), dilakukan setiap 4 jam sekali.

3)  Tekanan Darah

*     Tekanan darah merupakan pemeriksaan yang sangat penting dilakukan karena berhubungan dengan fungsi jantung, sehingga tekanan darah harus dipantau dengan sangat cermat, terutama setelah diberikan anestesi spinal atau epidural.

*     Tekanan darah normal pada ibu bersalin cenderung mengalami sedikit kenaikan dari tekanan darah sebelum proses persalinan, berkaitan dengan adanya his.

*     Keadan hipotensi dapat terjadi akibat posisi ibu telentang, syok, atau anestesi epidural.

*     Pada ibu yang mengalami pre-eklamsi atau hipertensi esensial selama kehamilan, proses persalinan akan lebih meningkatkan tekanan darah, sehingga pemantauan tekanan darah ibu harus lebih sering dan lebih cermat.

*     Pada kondisi normal, tekanan darah selama kala 1 (fase laten dan fase aktif), diukur setiap 2 – 4 jam sekali.

4)Urinalisis

*     Urin yang dikeluarkan selama proses persalinan harus dipantau, meliputi: volume, glukosa urin, keton dan protein.

*     Volume urin berkaitan dengan fungsi ginjal secara keseluruhan, keton berkaitan dengan adanya kelaparan atau distres maternal jika semua energi yang ada telah terpakai (kadar keton yang rendah sering terjadi selama persalinan dan dianggap tidak signifikan), glukosa berkaitan dengan keadaan diabetes selama kehamilan, dan protein berkaitan dengan pre-eklamsia atau bisa jadi merupakan kontaminan setelah ketuban pecah dan atau adanya tanda infeksi urinaria.

5)  Keseimbangan Cairan

*     Keseimbangan cairan dipantau untuk memastikan metabolisme dalam tubuh ibu selama proses persalinan berjalan dengan baik.

*     Keseimbangan cairan meliputi kesesuaian antara cairan yang masuk (oral dan atau intra vena) dan cairan yang keluar (keringat dan urin).

*     Semua urin yang keluar harus dicatat dengan baik, untuk memastikan bahwa kandung kemih benar-benar dikosongkan.

*     Apabila diberikan cairan intra vena, harus dicatat dengan akurat. Yang menjadi catatan penting adalah berapa banyak cairan yang tersisa jika kantong infuse diganti dan hanya sebagian yang digunakan.

6)Pemeriksaan Abdomen

*     Pemeriksaan abdomen lengkap dilakukan pertama kali saat ibu datang ke bidan, meliputi: bagian-bagian janin, penurunan kepala, dan his/kontraksi. Pemeriksaan abdomen dilakukan berulang kali pada interval tertentu selama kala 1 persalinan untuk mengkaji his dan penurunan kepala.

*     Pemeriksaan his/kontraksi meliputi: frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi harus dicatat dengan baik. Saat kontraksi uterus dimulai, nyeri tidak akan terjadi selama beberapa detik dan akan hilang kembali di akhir kontraksi. Untuk itu, pada pemeriksaan kontraksi, tangan bidan tetap berada di perut ibu selama jangka waktu tertentu (10 menit).

*     Penurunan bagian terendah janin (presentasi) pada kala 1 persalinan, hampir selalu dapat diraba dengan palpasi abdomen. Hasil pemeriksaan dicatat dengan bagian per lima-an (ke-lima tangan pemeriksa), yang masih dapat dipalpasi di atas pelvis.

*     Pada ibu primipara, kepala janin biasanya mengalami engagement sebelum persalinan dimulai. Jika tidak demikian, tinggi kepala harus diperkirakan dengan sering melalui palpasi abdomen untuk mengobservasi apakah kepala janin akan dapat melewati pintu atas panggul dengan bantuan kontraksi yang baik atau tidak.

*     Setelah kepala mangalami engagement, tonjolan oksipital sekalipun sulit masih bisa diraba dari atas, tetapi sinsiput masih dapat dipalpasi akibat adanya fleksi kepala sampai oksiput menyentuh dasar pelvis dan berotasi ke depan.

7)  Pemeriksaan Jalan lahir

*     Pemeriksaan jalan lahir (pemeriksaan dalam) bertujuan untuk mengetahui kemajuan persalinan yeng meliputi: effacement dan dilatasi cerviks, serta penurunan, fleksi dan rotasi kepala janin.

*     Sesuai evidence baced practice, tidak ada rekomendasi tentang waktu dan frekuensi dilakukannya pemeriksaan dalam selama perslinan. Tetapi intervensi ini dapat menimbulkan distress pada ibu, sehingga pemeriksaan dalam dilakukan berdasarkan indikasi (his, tanda gejala kala 2, dan pecah ketuban) dan atau dilakukan setiap 4 jam sekali. Semua hasil pemeriksaan harus dicatat dengan baik.

Pemantauan Kesejahteraan Janin

*     Kondisi janin selama persalinan dapat dikaji dengan mendapatkan informasi mengenai frekuensi dan pola denyut jantung janin, pH darah janin dan cairan amniotic. Dalam bahasan ini, hanya akan dibahas mengenai denyut jantung janin.

*     Frekuensi denyut jantung janin dapat dikaji secara intermiten dengan stetoskop Pinard atau alat Dopler atau dengan menggunakan electronic fetal monitoring (EFM) secara kontinu, setiap 30 menit.

*     Pemantauan intermiten dilakukan pada keadaan jantung janin diauskultasi dengan interval tertentu menggunakan stetoskop janin monoaural (Pinard) atau alat Dopler.

*     Frekuensi jantung janin harus dihitung selama satu menit penuh untuk mendengarkan variasi dari denyut ke denyut. Batasan normal antara 110 – 160 kali denyutan per menit.

*     Pemeriksaan denyut jantung janin dapat dilakukan saat kontraksi uterus berlangsung, atau saat kontraksi sudah akan berakhir, untuk mendeteksi adanya pemulihan lambat frekuensi jantung untuk kembali ke nilai dasar. Normalnya frekuensi dasar dipertahankan selama kontraksi dan segera sesudahnya. Namun demikian, di akhir persalinan terjadi beberapa deselerasi bersama kontraksi yang dapat pulih dengan cepat yang terjadi akibat kompresi tali pusat atau kompresi kepala janin, dan hal ini merupakan suatu keadaan yang normal.

*     Pada pemantauan menggunakan EFM, transduser ultrasound dapat dilekatkan pada abdomen di tempat jantung janin terdengar dengan intensitas yang maksimal. Dengan layar modern dan hasil yang dapat direkam dan dicetak, alat ini cukup adekuat untuk memantau kesejahteraan janin dengan baik, terutama pada kasus gawat janin.