Perilaku dan Social Budaya yang Berpengaruh pada Pelayanan Kebidanan Komunitas

Status

O’readers, sebagai bidan yang bertugas di komunitas, hal-hal yang berkaitan dengan sosial-budaya merupakan suatu masalah yang pasti kadang kala menjadi kendala dalam melakukan tugas sebagai bidan. Kali ini, mari kita bahas tentang hal ini.

Animation (7)

Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat kesehatan. Perilaku yang dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas diantaranya :

  • Hamil, perilaku social budaya di masyarakat selama kehamilan :
  1. Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya à mitoni, procotan, brokohan
  2. Mengidam à panas dingin
  3. Larangan masuk hutan
  4. Pantangan keluar saat maghrib
  5. Pantangan manjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat
  6. Manggunakan jimat saat bepergian

Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama kehamilan :

  1. KIE tentang keEsaan Tuhan à segala sesuatu sudah diatur Tuhan YME
  2. KIE tentang kehamilan yang sehat à ANC teratur, mengkonsumsi makanan bergizi, membatasi aktivitas fisik
  3. Pendekatan dengan tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi negative yang dapat berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
  • Persalinan, perilaku social budaya di masyarakat selama persalinan :
  1. Bayi laki-laki adalah penerus keluarga, akan membawa nama baik
  2. Bayi perempuan adalah penghasil keturunan
  3. Memasukkan minyak ke dalam vagina, melepas ikatan rambut, meniup kepala/ubun-ubun saat mengedan à supaya persalinan dapat berjalan lancar
  4. Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.

Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan :

  1. Bekerjasama dengan dukun setempat
  2. KIE tentang tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan
  3. KIE tentang hygiene personal dan hygiene persalinan
  4. Nifas dan bayi baru lahir, perilaku social budaya di masyarakat selama nifas dan bayi baru lahir :
    • Pantang makan makanan yang amis à ikan, telur, daging
    • Pantang makan makanan yang pedas dan asin
    • Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari setelah melahirkan
    • Minum jamu dapat melancarkan produksi ASI
    • Menaruh ramuan pada tali pusat
    • Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.

Peran bidan di komunitas terhadap perilaku masa nifas dan bayi baru lahir :

  1. KIE tentang perilaku positif dan negative
  2. KIE tentang masa nifas
  3. KIE tentang perawatan bayi baru lahir.

Nah, kira-kira ini yang bisa admin tulis. Tiap daerah pastinya berbeda-beda masalah dan kendalanya. Bisa share di sini. Kamsan hamnida…

UNSAFE ABORTION

Status

Unsafe abortion atau aborsi yang tidak aman adalah upaya terminasi kehamilan muda, dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman, sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien. Sedangkan menurut WHO (1998), unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil (tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Abortion

Beberapa alasan wanita melakukan unsafe abortion, diantaranya:

  1. Alasan kesehatan –> ibu tidak cukup sehat untuk hamil
  2. Alasan psikososial –> ibu tidak ingin punya anak lagi
  3. Kehamilan di luar nikah
  4. Masalah ekonomi –> menambah anak akan menambah beban keluarga
  5. Kahamilan yang terjadi akibat perkosaan
  6. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi

Atas alasan apapun, tindakan aborsi tidak dibenarkan dalam agama apapun (kecuali apabila kehamilan membahayakan nyawa ibu), apalagi aborsi yang tidak aman. Berikut adalah dampak tindakan unsafe abortion

  1. Dampak social –> biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi-sembunyi
  2. Dampak kesehatan –> bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi
  3. Dampak psikologis –> trauma

 

Sebagai seorang bidan, peran dalam upaya mencegah unsafe abortion, yaitu:

  1. Sex education
  2. Bekerjasama dengan tokoh agama, untuk pendidikan keagamaan
  3. Peningkatan sumber daya manusia
  4. Penyuluhan tentang aborsi dan bahayanya.

 

 

 

KEHAMILAN REMAJA

Status

Unwanted_pregnancy_by_Zeggolisko

Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada remaja yang merupakan akibat perilaku seksual baik disengaja (sudah menikah) atau tidak disengaja (belum menikah). Kehamilan remaja disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

> Factor agama dan iman

Kurangnya penanaman nilai-nilai agama sejak dini dan tipisnya iman remaja, akan berdampak pada terjerumusnya remaja pada pergaulan bebas.

> Factor lingkungan

  1. Orang tua –> Peran orang tua dalam keluarga, terutama perkembangan anak/remaja, sangat penting. Peran dan perhatian orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan mental anak. Perhatian, cinta dan kasih sayang orang tua sangat dibutuhkan anak pada masa remaja, yang mana pada masa ini remaja sedang mencari jati dirinya. Sehingga apabila anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, anak mencari sosok pengganti yang dapat memberikan perhatian dan kasih sayang seperti yang anak harapkan.
  2. Pendidikan seks yang kurang dari orang tua dan keluarga –>Komunikasi yang lebih terbuka antara anak dan orang tua, dapat berperan penting dalam pemantauan perilaku anak di masyarakat. Informasi yang cukup tentang seksualitas yang anak dapatkan dari orang tua, dapat meminimalisasi keingintahuan anak untuk mengakses informasi di luar rumah ( internet, media cetak, teman sebaya, maupun pacar ).
  3. Teman, tetangga dan media –>Pergaulan yang salah dan penyalahgunaan media dapat menyebabkan perubahan pola pikir pada remaja tentang seks, sehingga menreka menganggap bahwa seks pranikah adalah suatu hal yang lazim.

> Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat

Dengan adanya kemajuan di bidang IPTEK, memudahkan remaja untuk mengakses informasi tentang seks. Apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat, maka dapat membuat para remaja terjerumus dalam pergaulan yang salah, yang dapat mengarah pada pergaulan bebas.

> Minimnya pengetahuan dan rasa ingin tahu yang berlebihan

Pengetahuan tentang seksualitas yang minim atau setengah-setengah, dapat menyebabkan meningkatnya rasa keingintahuan pada remaja. Sehingga hal ini mendorong remaja untuk mencari informasi tentang seksualitas dari sumber-sumber yang mudah mereka dapatkan, seperti : teman sebaya, buku, majalah, internet, video, dll. Rasa keingintahuan yang besar juga dapat menjadi stimulus remaja untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah. Pengetahuan yang minim tentang kehamilan pada remaja dan infeksi menular seksual, mengakibatkan seks yang tidak aman serta terjadinya kehamilan remaja.

> Perubahan zaman

System nilai dan moralitas dapat berubah seiring dengan perubahan zaman. Hal ini juga berdampak pada persepsi remaja tentang pergaulan. Sebagian remaja menganggap bahwa pergaulan bebas merupakan suatu hal wajar, karena sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagian remaja menganggap bahwa trend berpacaran adalah suatu hal yang normal, seks di luar nikah bukan suatu hal yang tabu untuk dilakukan. Persepsi yang salah tentang seks inilah yang akhirnya menjadikan kehamilan pada remaja semakin tahun jumlahnya semakin meningkat.

> Usia pubertas yang semakin cepat

Pubertas mengakibatkan perubahan kadar hormone, dan mengakibatkan meninggatnya kadar hormone seksual. Peningkatan usia pubertas apabila tidak diimbangi dengan penyaluran seksual yang tepat, mka akan berakibat pada seks dini dan kehamilan usia dini.

Kehamilan pada remaja, terutama pada kasus hehamilan yang tidak disengaja, akan menimbulkan beberapa dampak, yaitu:

Psikologis

  1. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari teman, keluarga atau lingkungan masyarakat
  2. Tersisih dari pergaulan, karena dianggap belum mampu membawa diri
  3. Remaja yang masih sekolah akan putus sekolah, dan yang sudah bekerja terancam kehilangan pekerjaannya –> putus asa kerena kehamilannya mengancam masa depannya.

Fisik

  1. Kehamilan remaja berisiko à kematian ibu, preeklamsi-eklamsi, anemia, BBLR, abortus, kelahiran preterm dan kematian bayi.
  2. Kehamilan disertai infeksi menular seksual
  3. Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis
  4. Janin dapat mengalami kelainan congenital
  5. Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih tinggi dibanding pada usia reproduksi sehat ( 20 – 35 tahun ).

Apabila direnungkan kembali, kehamilan remaja lebih banyak dampak negatif yang ditimbulkan daripada dampak positifnya. Untuk mencegah terjadinya kehamilan remaja, maka upaya yang dilakukan adalah :

  1. Tidak melakukan aktifitas seksual sebelum menikah
  2. Melakukan kegiatan positif
  3. Menghindari perilaku seks bebas
  4. Meningkatkan iman dan taqwa
  5. Bagi remaja yang sudah menikah, menunda kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Untuk mengendalikan masalah kehamilan remaja, upaya yang dilakukan adalah:

Sebelum terjadi kehamilan

  1. Menjaga kesehatan reproduksinya dengan aman
  2. Menghindari seks bebas
  3. Menghindari multipartnerseks
  4. Pendidikan seksual sejak dini
  5. Meningkatkan iman dan taqwa
  6. Mengunakan alkon darurat

Setelah terjadi kehamilan

  1. Membiarkan janin tetap hidup sampai lahir
  2. Menikahkan remaja yang hamil
  3. Remaja diperbolehkan merawat anaknya
  4. Dapat dilakukan terminasi kehamilan pada kasus-kasus tertentu.

Sekiranya dengan tulisan ini, semoga kehamilan remaja dan ataupun hubungan seksual pada remaja (konteks: seks diluar nikah), dapat menurunkan angka kejadiannya. Setidaknya sebagai remaja, tetap menjaga identitas ketimuran, dan menjunjung tinggi keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, agar hal tersebut tidak terjadi pada diri kita, ataupun saudara-saudara kita dan masyarakat luas pada umumnya.

 

PENYEBAB KEMATIAN IBU

Status

Pada bahasan kali ini, admin akan membahas mengenai kematian ibu. Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian yang terjadi pada ibu hamil, ibu yang sedang mengalami proses persalinan, maupun ibu nifas.

ibu-dan-bayi

Kematian ibu/ maternal mortality, merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan suatu bangsa. Hal ini karena apabila ditinjau dari penyebabnya, kematian ibu merupakan suatu permasalahan yang kompleks. Penyebab kematian ibu telah dirinci menjadi dua, yaitu penyebab langsung adan penyebab tidak langsung.

Penyebab langsung

  1. Perdarahan (42%)
  2. Eklampsi/Preeklampsi (13%)
  3. Abortus (11%)
  4. Infeksi (10%)
  5. Partus lama/persalinan macet (9%)
  6. Penyebab lain (15%)

Penyebab tidak langsung

  1. Pendidikan –> pendidikan ibu berpengaruh pada sikap dan perilaku dalam pencapaian akses informasi yang terkait dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu. Masih banyak ibu dengan pendidikan rendah terutama yang tinggal di pedesaan yang menganggap bahwa kehamilan dan persalinan adalah kodrat wanita yang harus dijalani sewajarnya tanpa memerlukan perlakuan khusus (pemeriksaan dan perawatan).
  2. Sosial ekonomi dan social budaya yang masih rendah –> pengaruh budaya setempat masih sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan ibu dalam upaya  pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu. Contoh : budaya Indonesia mengutamakan kepala keluarga untuk mendapat makanan bergizi, dan ibu hamil hanya sisanya.
  3. Empat (4) terlalu dalam melahirkan : Terlalu muda (batasan reproduksi sehat 20 – 35 tahun); Terlalu tua (kehamilan berisiko pada usia di atas 30 tahun); Terlalu sering (jarak ideal untuk melahirkan : 2 tahun); Terlalu banyak (jumlah persalinan di atas 4).
  4. Tiga (3) terlambat
  • Terlambat mengambil keputusan à sering dijumpai pada masyarakat kita, bahwa pengambil keputusan bukan di tangan ibu, tetapi pada suami atau orang tua, bahkan pada orang yang dianggap penting bagi keluarga. Hal ini menyebabkan keterlambatan dalam penentuan tindakan yang akan dilakukan dalam kasus kebidanan yang membutuhkan penanganan segera. Keputusan yang diambil tidak jarang didasari atas pertimbangan factor social budaya dan factor ekonomi.
  • Terlambat dalam pengiriman ke tempat rujukan à keterlambatan ini paling sering terjadi akibat factor penolong (pemberi layanan di tingkat dasar).
  • Terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan à keterlambatan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan merupakan masalah di tingkat layanan rujukan. Kurangnya sumber daya yang memadai, sarana dan prasarana yang tidak mendukung dan kualitas layanan di tingkat rujukan, merupakan factor penyebab terlambatnya upaya penyelamatan kesehatan ibu.

Sampai saat ini AKI di Indonesia dirasa masih tinggi, apabila dibandingkan dengan negara yang lain. Adapun hal-hal yang menyebabkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), adalah:

  1. Angka kematian yang ada saat ini tidak mencerminkan kondisi sat ini, karena SDKI menggambarkan data 5 tahun yang lalu
  2. Terbatasnya pelayanan kesehatan ibu meliputi tenaga dan sarana, serta belum optimalnya keterlibatan swasta
  3. Terbatasnya kualitas tenaga kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan responsif gender, meliputi : antenatal yang terintegrasi, pertolongan persalinan, penanganan komplikasi kebidanan, dan keluarga berencana.
  4. Belum adanya sistem pelayanan kesehatan yang sesuai untuk daerah terpencil : belum ada regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih untuk tindakan medis khusus, terbatasnya insentif untuk tenaga kesehatan, dan terbatasnya sarana/dana untuk transportasi (kunjungan dan rujukan)
  5. Kurangnya dana operasional untuk pelayanan kesehatan ibu, terutama untuk daerah terpencil
  6. Kurang optimalnya pemberdayaan masyarakat : ketidaksetaraan gender, persiapan persalinannya dan dalam menghadai kondisi gawat darurat (mandiri) di tingkatan desa
  7. Belum optimalnya perencanaan terpadu lintas sektor dan lintas program untuk percepatan penurunan angka kematian ibu.

Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu. Tiga (3) pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah :

  1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
  2. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai)
  3. Setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Kegiatan yang dilakukan dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) :

  1. Peningkatan kualitas dan cakupan layanan, meliputi :
    • Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan à penyediaan tenaga kesehatan di desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan di polindes/pustu/puskesmas, kemitraan bidan dengan dukun bayi, pelatihan bagi nakes.
    • Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar à bidan desa di polindes, pustu, puskesmas dengan fasilitas PONED dan PONEK.
    • Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran à KIE untuk mencegah 4 terlalu, pelayanan KB berkualitas.
    • Pemantapan kerjasama lintas program dan lintas sektoral à menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi, dan swasta.
    • Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat à meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan keterlambatan dan penyediaan buku KIA ; kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi persalianan dan kegawatdaruratan ; pencegahan 4 terlalu ; penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi.
  2. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program melalui peningkatan kemampuan pengelola program, agar mampu melaksanakan, merencanakan dan mengevaluasi kegiatan sesuai kondisi daerah.
  3. Sosialisasi dan advokasi melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk sosialisasi dan advokasi.

Sudah menjadi tugas kita semua untuk membantu menurunkan AKI, tidak hanya tenaga kesehatan, tapi semua anggota masyarakat. Ibu adalah ujung tombak majunya suatu generasi. Menyelamatkan satu orang ibu berarti bahwa kita juga menyelamatkan satu generasi.

IDENTIFIKASI MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

8267.midwifery

Sebagai seorang bidan yang bekerja di komunitas, harus mengetahui dan memahami beberapa pokok permasalahan yang terjadi di komunitas, diantaranya :

  1. Kematian ibu dan bayi
  2. Kehamilan remaja
  3. Unsafe abortion
  4. Angka kejadian BBLR
  5. Tingkat kesuburan PUS
  6. Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan
  7. Infeksi Menular Seksual (IMS) pada masyarakat
  8. Perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas.

Dengan mengetahui dan memahami masalah-masalah di atas, diharapkan bidan dapat berkontribusi dalam upaya pemecahan masalah tersebut. Lebih lanjut, akan dibahas satu persatu.

KEMATIAN IBU DAN BAYI

Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan). (Depkes RI, 2009).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu, yang manjadi indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu wilayah. Menurut SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI menurut SDKI tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut. Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kebidanan komunitas di lini terdepan, mempunyai peranan penting dalam penurunan AKI yang dinilai masih tinggi.

Angka kematian ibu dikatakan masih tinggi karena :

  1. Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan tinggi
  2. Angka kematian ibu tinggi adalah angka kematian yang melebihi dari angka target nasional
  3. Tingginya angka kematian, berarti rendahnya standar kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan, dan mencerminkan besarnya masalah kesehatan.

Berdasarkan penyebabnya, kematian ibu dibedakan menjadi 2 penyebab, yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003, AKB sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi : Gangguan perinatal (34,7%), Sistim pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%), Sistim pencernaan (4,3%) dan Tetanus (3,4%).

Untuk mencegah terjadinya kematian bayi, maka beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu :

  1. Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi
  2. Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuh kembang
  3. Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi
  4. Program manajemen tumbuh kembang balita sakit dan manajemen tumbuh kembang balita muda
  5. Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan BBL dengan tepat
  6. Program asuh
  7. Keberadaan bidan desa
  8. Perawatan neonatal dasar, meliputi perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi dengan metode kanguru, menyusui dini, usaha bernafas spontan, pencegahan infeksi, penanganan neonatal sakit, audit kematian neonatal.

KEHAMILAN REMAJA

UNSAFE ABORTION

BBLR

BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang diukur dalam 1 jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. (Depkes RI, 1999)

Menurut Saifudin, dkk (2000), berkaitan dengan penanganan dan harapan hidup bayi, BBLR diklasifikasikan menjadi :

  1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) à berat lahir 1500 – 2500 gram
  2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) à berat lahir < 1500 gram
  3. Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER) à berat lahir < 1000 gram

Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah diantaranya: Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI, Infeksi, Ikterus dan Masalah perdarahan.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya BBLR adalah :

  1. Upayakan ANC yang berkualitas, segera lakukan rujukan apabila ditemukan kelainan
  2. Meningkatkan gizi masyarakat
  3. Tingkatkan penerimaan gerakan KB
  4. Tingkatkan kerjasama dengan dukun paraji

TINGKAT KESUBURAN

Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat penting bagi pasangan suami istri. Tingkat kesuburan dibedakan menjadi fertilitas/kesuburan dan infertilitas/ketidaksuburan. Tingkat kesuburan dapat menjadi masalah yang serius dalam tatanan komunitas. Untuk itu bidan di komunitas harus mampu mengenal masalah kesuburan dan ketidaksuburan pada pasangan suami istri.

PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA NON KESEHATAN

Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang sangat penting. Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa disebut dukun paraji. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.

INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Infeksi menular seksual merupakan salah satu dari tiga tipe infeksi saluran reproduksi (ISR), yaitu infeksi dan penyakit menular seksual, infeksi-infeksi endogen vagina dan infeksi-infeksi yang berhubungan dengan saluran reproduksi.

Infeksi menular seksual berhubungan dengan keadaan akut, kronik dan kondisi-kondisi lain yang berhubungan dengan kehamilan, seperti Gonore, Chlamidya, Sifilis, Herpes kelamin, Hepatitis, Kutil HPV kelamin, Trichomoniasis, HIV/AIDS.

Infeksi endogen vagina meliputi Vaginosis bacterial dan Candidiasis, keduanya merupakan hasil dari pertumbuhan berlebihan dari organisme-organisme yang secara normal memang ada di vagina. Infeksi berhubungan dengan prosedur dapat meliputi saluran reproduksi atas dan bawah, serta dapat mengebabkan komplikasi-komplikasi jangka panjang karna infertile.

Bidan harus dapat memberikan asuhan kepada masyarakat terkait dengan infeksi menular seksual, dan perlu memperhatikan semua jenis infeksi saluran reproduksi, sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

PERILAKU SOSIAL-BUDAYA

Sumber Belajar :

Varney H. 1997. Varney Midwifery. London: Jones&Barlet Publisher.

Linda V Walsh. 2001. Midwivery Community Based Care. Philadelpia: WB Saunders Company.

Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.