Media Lembar Balik “KASAMIL” Kader Sahabat Ibu Hamil untuk Pendampingan Kehamilan oleh Kader Kesehatan

Artikel ini dimuat pada Jurnal Kebidanan Indonesia: PENGEMBANGAN MEDIA LEMBAR BALIK KADER SAHABAT IBU HAMIL DALAM PENDAMPINGAN KEHAMILAN OLEH KADER | Kostania | Jurnal Kebidanan Indonesia (stikesmus.ac.id)

Gambar 1: Cover Media Lembar Balik KASAMIL

KASAMIL (Kader Sahabat Ibu Hamil), merupakan suatu media yang digunakan untuk edukasi kepada ibu hamil oleh kader kesehatan dalam program pendampingan kehamilan. Media ini telah dikembangkan melalui serangkaian proses penelitian hingga publikasi, dan mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Berdasarkan hasil penelitian, media lembar balik KASAMIL efektif dalam memudahkan kader untuk pendampingan ibu hamil. Adapun hasil penilaian yang telah dilakukan, baik dari segi materi, media, maupun calon pengguna dalam kategori valid, sehingga dapat digunakan oleh kader dalam pelaksaan pendampingan kehamilan.
Hasil pengembangan lembar balik ini merupakan sebuah media yang kreatif dan inovatif, yang hasilnya dapat dijadikan oleh kader sebagai media edukasi dalam mendampingi ibu hamil. Hal ini bertujuan agar ibu hamil mendapatkan informasi yang benar, sehingga tercapai persalinan yang aman dan selamat, yang nantinya dapat berkontribusi pada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI).

Gambar 2: Penggunaan Media KASAMIL oleh Kader Kesehatan dalam Pendampingan Ibu Hamil

Penggunaan media lembar balik KASAMIL sebagai media informasi dalam pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dimaksudkan untuk membantu kader dalam melakukan pendampingan kepada ibu hamil melalui edukasi. Edukasi ini bertujuan untuk mempersiapkan persalinan yang aman bagi ibu hamil dan bayinya. Dengan media yang tepat, faktor risiko selama kehamilan dapat dideteksi secara lebih dini. Hal ini karena media yang digunakan mudah dipahami dan diaplikasikan oleh kader, sehingga penanganan ke depannya untuk mengurangi bahaya persalinan dapat ditekan dan Angka Kematian Ibu (AKI) juga dapat diturunkan.

Gambar 3: Full Media KASAMIL

Perubahan Paradigma dalam Pelayanan Kebidanan

Oleh: Gita Kostania

Artikel ini dipublikasikan pada Buku adaptasi_kebiasaan_baru_dalam_kebidanan_di_era_pandemi_covid-19

Untuk mensitasi: Kostania, G. (2021). Perubahan Paradigma Dalam Pelayanan Kebidanan. Adaptasi Kebiasan Baru Dalam Kebidanan di Era Pandemi Covid-191, 1.

URL artikel: http://repository.stikesrspadgs.ac.id/465/1/adaptasi_kebiasaan_baru_dalam_kebidanan_di_era_pandemi_covid-19_edisi_2.pdf#page=13

_____________________________________________________________________

Pelayanan kebidanan dari waktu ke waktu telah mengalami perubahan. Perubahan ini didasari atas berubahnya sistem yang ada, melalui kebijakan pemerintah dan organisasi profesi. Perubahan ini diawali oleh adanya perubahan dalam landasan berfikir ilmiah atau cara pandang dari para pelaku pelayanan kesehatan. Istilah ini sering disebut dengan perubahan paradigma. Perubahan paradigma merupakan suatu hal yang tidak akan pernah lepas dari suatu perkembangan cabang ilmu pengetahuan, termasuk kebidanan.

Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku (Vardiansyah, 2008). Definisi lain menjelaskan bahwa paradigma adalah landasan berpikir ataupun konsep dasar yang digunakan atau dianut sebagai model ataupun pola yang dimaksud para ilmuan dalam usahanya, dengan mengandalkan studi-studi keilmuan yang dilakukannya (Kuhn, 2012). Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan keyakinan yang mendasari seseorang dalam melakukan tindakan.

Pelayanan kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan. Sedangkan praktik kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam bentuk asuhan kebidanan (UU No.4, 2019).

Paradigma dalam pelayanan kebidanan merupakan cara pandang bidan yang dapat mempengaruhi tindakannya dalam memberikan pelayanan kebidanan melalui asuhan kebidanan. Asuhan kebidanan yang dilakukan mengacu kepada manajemen asuhan kebidanan, dimana dalam setiap langkah pengambilan keputusan selalu dilandasi olah adanya paradigma, yaitu landasan dalam berfikir secara ilmiah. Dengan kata lain, paradigma kebidanan merupakan dasar ilmiah seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

Dalam memahami paradigma kebidanan, ada lima hal yang menjadi landasan berfikir bidan, yaitu manusia (dalam hal ini perempuan sebagai subjek asuhan), lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan dan keturunan. Bidan meyakini bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual yang utuh dan unik, yang mempunyai siklus tumbuh dan berkembang, dapat beradaptasi dengan lingkungan, serta cenderung mempertahankan keseimbangan homeostasis. Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis maupun budaya. Perilaku merupakan hasil seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Pelayanan kebidanan yang dimaksud terdiri atas layanan primer, kolaborasi dan rujukan. Sedangkan keturunan (genetis) merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas manusia (Tajmiati A.,dkk., 2016). Ke-lima hal ini hendaknya selalu menjadi tolak ukur bidan dalam memaknai proses berfikir ilmiah.

Paradigma bidan dalam pelayanan kebidanan akan selalu berubah, karena individu yang selalu berubah, lingkungan yang selalu beradaptasi, sistem layanan kesehatan yang juga berubah, serta ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang terus berkembang. Adanya perubahan paradigma pada diri seorang bidan, dapat merubah perilaku bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Perubahan paradigma dari satu individu yang didukung oleh sistem dapat menjadi perubahan besar yang bersifat revolusioner. Hal inilah yang dapat menggeser paradigma kebidanan, yaitu cara pandang dalam pelayanan kebidanan yang dapat menjadi dasar ilmiah perubahan standar asuhan dan pelayanan dalam kebidanan. Peran setiap bidan yang revolusioner sangat penting, karena perubahan besar berawal dari perubahan kecil dari setiap individu, pada hal yang kecil dan dilakukan saat itu juga secara berkelanjutan. Setiap bidan adalah “agent of change”, agen perubahan dalam setiap perubahan besar yang akan nampak sebagai sebuah pergeseran paradigma dalam pelayanan kebidanan.

Adanya pergeseran paradigma dalam pelayanan kebidanan sudah selayaknya terjadi. Ini merupakan suatu realita, bahwa ilmu pengetahuan yang menjadi dasar pelayanan kebidanan berubah setiap waktu. Pergeseran paradigma dapat menciptakan pengembangan dalam paradigma ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu kebidanan. Setiap bidan harus terbuka (open minded) terhadap adanya suatu perubahan. Pergeseran paradigma dalam pelayanan kebidanan yang dilandasi dengan evidence based practice dapat membawa perubahan pelayanan kebidanan yang lebih baik.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan organisasi profesi bidan selalu mengupayakan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Upaya tersebut diantaranya adalah dengan menyusun pedoman-pedoman pelayanan yang merujuk pada panduan World Health Organisation yang berdasarkan evidence based practice. Namun, pedoman-pedoman yang diterbitkan pemerintah kadangkala diterbitkan setelah bertahun-tahun hasil penelitian yang menjadi dasar evidence based practice tersebut diterbitkan. Pelayanan kebidanan yang berdasarkan evidence based practice terkini, terkendala oleh adanya sistem.

Disamping terkendala sistem, penerapan evidence based practice terkini dalam pelayanan kebidanan seringkali terkendala oleh penerimaan yang kurang baik dari para bidan, akan adanya perubahan paradigma kebidanan. Beberapa diantaranya disebabkan oleh: kurangnya update ilmu-ilmu terbaru yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan, masih kurangnya penelitian-penelitian bermutu yang dilakukan oleh akademisi dan praktisi yang kompeten di Indonesia, adanya regulasi yang lambat, dan masih adanya beberapa bidan yang terlalu kaku dalam menerima konsep ilmu baru.

Contoh nyata dari pemaparan di atas adalah berkaitan dengan asuhan persalinan. Dalam dokumen yang diterbitkan WHO tahun 2018 tentang rekomendasi WHO berkaitan dengan asuhan intrapartum, salah satunya menyatakan bahwa kala satu fase aktif dimulai dari pembukaan 5 cm dengan durasi tidak lebih dari 12 jam pada persalinan pertama, dan 10 jam pada persalinan berikutnya (WHO, 2018). Bidan-bidan yang sudah mengetahui rekomendasi ini, terkendala sistem dalam mengimplementasikannya. Kemenkes belum mengeluarkan pedoman resmi. Perlu regulasi yang tidak sebentar dan kajian lebih lanjut untuk diimplementasikan dalam praktik kebidanan di Indonesia. Pada bidan-bidan yang belum membaca dokumen tersebut, juga tidak begitu saja mempercayai adanya rekomendasi tersebut, karena pengetahuan mendasar yang diterima sejak belajar ilmu kebidanan meyakini bahwa kala satu fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm.

Untuk pelayanan kebidanan di Indonesia yang lebih baik, seyogyanya para bidan selalu open minded terhadap adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru, sehingga dapat dengan mudah menerima apabila dijumpai adanya pergeseran paradigma. Bidan juga selalu update ilmu-ilmu terkini yang berkaitan dengan ilmu kebidanan, dan mencoba untuk menerapkannya berdasarkan kaidah evidence based practice, yaitu: 1)semua keputusan praktis harus dibuat berdasarkan studi penelitian, dipilih danditafsirkan menurut beberapa karakteristik norma tertentu; 2)diperlukan keahlian klinis dari tenaga kesehatan; 3)dalam bingkai sistem pelayanan kesehatan yang berlaku; dan 4)dilaksanakan berdasarkan pilihan klien/ pasien. (Kostania, 2020). Penerapan evidence based practice hendaknya diikuti dengan meningkatnya budaya meneliti dan publikasi oleh para bidan. Peran advokasi juga sangat penting, mengingat salah satu kaidah penerapan evidence based practice adalah dukungan dari sistem.

Menghadapi era normal baru, paradigma bidan juga harus berubah. Pada era ini, semua dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak. Perubahan paradigma bidan pada era normal baru yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan diantaranya adalah berkurangnya sesi tatap muka antara klien dan bidan yang seharusnya menjadi bagian terpenting dalam pelayanan kebidanan, konseling. Untuk menyikapinya, sesi ini diganti dengan sesi daring. Bidan yang dapat menerima dengan mudah perubahan paradigma ini, akan dengan mudah untuk menyesuaikannya. Berbeda dengan bidan yang belum bisa menerima adanya perubahan paradigma ini, akan sulit menyesuaikan diri.

Dari bahasan ini, dapat diambil benang merahnya bahwa untuk dapat berperan serta dalam optimalisasi pelayanan kesehatan di Indonesia khususnya kebidanan, juga agar dapat berkompetisi dengan baik di era baru ini, perubahan paradigma mutlak terjadi. Dengan adanya perubahan paradigma, maka inovasi-inovasi dalam pelayanan kebidanan dapat tercipta dengan paripurna.

 

Melahirkan Normal Secara Alami (Part 2)

Sebuah kisah tentang pengalaman melahirkan anak ke-2 yang penuh dg kejutan-kejutan indah, Alhamdulillah, MasyaaAlloh, by. Gita Kostania.

BismillahAlhamdulillahilladzi bini’matihi tatimus shalihat.

Kehamilan anak kedua adalah anugerah terindah dari Alloh, rezeki yang tidak disangka-sangka. Bagaimana tidak? kami belum merencanakan untuk punya momongan lagi, umur si kakak masih dibawah 1th. Namun, saya sebagai mama tetap sangat antusias dan tetap “santuy” menjalani proses kehamilan ini. Ya, meskipun kondisi kami belum stabil saat pertama kali saya tahu bahwa saya hamil (lagi), masih berada pada kondisi Long Distance Mariage. Alhamdulillah pada UK sekitar 6 bl, Alloh mengabulkan doa kami, kami sudah tinggal bersama. Oleh karena itulah, fluktuasinya selama kehamilan begitu kentara sekali. Pertama masalah kenaikan berat badan, saat sebelum pindah kenaikan berat badan terjaga, tapi setelah pindah… SubhannAlloh, kenaikan BB itu begitu bermakana. Jujur pengalaman kenaikan BB kehamilan anak pertama yang begitu fantastis, sempat membuat saya berazzam tidak akan mengulanginya lagi, hamil harus “diit”. Namun, kenyataannya? kehamilan kedua lebih fantastis, terutama memasuki UK 7 bl. Kedua masalah adaptasi di tempat baru yang juga membawa dampak pada keadaan psikologis. Masalah ini menyebabkan asupan makanan yang tidak terkontrol dan kurangnya aktivitas fisik. Jadi masalah pertama dan kedua, saling berhubungan. Nah, dengan kenaikan BB yang tidak terkontrol inilah yang mengakibatkan kenaikan BB janin yang tidak terkendali, ya… janin besar. TBJ berdasarkan hasil USG di TM 3 selalu lebih. Dokter selalu mengatakan untuk “diit”. Sampai akhir kehamilanpun tetap sama. Apakah ini yang menjadi akar masalah pada proses persalinan anak kedua saya? Baca terus sampai selesai ya…

Kamis, 3 September 2020

ANC terakhir di dokter, oleh dr. Novina, Sp.OG, TBJ 3400. Beliau menganjurkan untuk diit karena termasuk janin besar. Saat itu UK 38 minggu. Ya, sudah aterm, namun belum ada tanda-tanda persalinan, dan kepala juga belum masuk PAP. Namun saya santai saja karena ini kehamilan kedua. Apakah saya diit (mengatur pola makan) lebih ekstra? Heheee… Saya tetap makan biasa.

Selasa, 8 September 2020

ANC terakhir di bidan, oleh bidan Rina, UK memasuki 39 mg, TBJ 3700 gram. Sama, beliau juga menganjurkan untuk diit karena termasuk janin besar. Menjelang HPL tanggal 17 September 2020, saya lebih intense untuk “latihan fisik”: jalan-jalan mengelilingi lapangan, berenang, dan “bermain” gym ball.

Sabtu, 12 September 2020

Mulai pagi saya sudah mengelilingi lapangan Rampal sebanyak 2 kali putaran, dilanjutkan sorenya berenang di Songgoriti sambil relaksasi.

Ahad, 13 September 2020

00.30 –> Kontraksi pertama saya rasakan, saya observasi dalam satu jam, dan ternyata benar ini kontraksi persalinan. Dalam satu jam ada dua kali kontraksi, yang semakin lama semakin sering dan semakin sakit. Sampai subuh, saya sudah tidak bisa tidur. Paginya saya tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya.

11.00 –> Kontraksi sudah mulai membuat saya tidak nyaman, namun saya tetap beraktivitas seperti biasa. Setiap kontraksi datang, gym ball selalu jadi sandaran terbaik, sesekali dipijat paksu.

16.00 –> Kontraksi sudah semakin sering, semakin sakit saya rasakan, 2x/10’/20-30″. Namun saya masih bertahan di rumah, karena saya meyakini masih dalam fase latent. Lendir darah belum keluar, hanya lendir putih.

18.00 –> Setelah sholat maghrib, lendir darah keluar. Kontraksi 2x/10’/20-30″. Meskipun rasa sakit belum terasa sekali, kami memutuskan untuk “periksa” ke bidan, berangkat dari rumah pukul 19.00.

20.30 –> Hasil VT pembukaan 3cm, portio tebal lunak, kepala sudah masuk PAP. Kondisi janin baik.

Senin, 14 September 2020

01.00 –> Kontraksi 2x/10’/30-40″. Hasil evaluasi VT pembukaan 5cm. Saya masih bisa tidur, sesekali ada kontraksi, saya bersandar pada gym ball. Paksu ke mana? Mendampingi saya di ruang observasi, bobok manis ^_^.

06.00 –> Kontraksi 2x/10’/30-40″. Hasil evaluasi VT pembukaan masih tetap 5cm, kepala janin masih tinggi, keadaan janin baik. Apakah saya panik? Saat itu perasaan saya biasa saja, saya optimis dan yakin bisa melahirkan normal. Saya didampingi paksu untuk berjalan-jalan di sekitar klinik bidan. Jujur saat kontraksi datang, saya sudah merasakan sakit, apalagi saat itu kondisi saya sedang jalan-jalan keliling komplek. Kegiatan ini saya lakukan hanya dalam waktu 30 menit. Setelahnya saya kembali lagi ke ruang observasi menggunakan gym ball untuk mengatasi rasa sakit.

12.00 –> Kontraksi 2x/10’/>45″. Saya meminta bidan untuk tidak melakukan evaluasi dengan periksa dalam, meskipun kontraksi sudah sangat mengganggu kenyamanan saya. Bidan pelaksana di klinik bidan Rina membantu saya dalam mengurangi nyeri persalinan dengan massage punggung bawah. Selama kala I dimulai (sejak malam) saya selalu menerapkan teknik relaksasi nafas dalam sambil berdzikir dan afirmasi positif.

14.00 –> Kontraksi 2x/10’/>60″. Kontraksi begitu nyeri saya rasakan, luar biasa rasa nyerinya jauh berkali-kali lipat dari persalinan anak pertama, hingga saya meminta mba bidan untuk melakukan periksa dalam, hasilnya pembukaan 8cm. Untuk mengatasi rasa nyeri yang semakin lama semakin sakit luar biasa, sesekali saya “meremas” tangan paksu.

16.00 –> Kontraksi 2x/10’/>60″. Saya hampir menyerah karena nyeri yang tidak tertahankan, sehingga saya minta mba bidan untuk evaluasi lagi, hasilnya pembukaan masih 8, namun portio semakin tipis. Saya tetap positif thinking. Tidak ada pikiran negatif sedikitpun saat proses itu berlangsung, meskipun nyerinya sangat luar biasa dan pembukaannya agak “lambat”. Satu hal yang terlintas saat itu adalah: “oh, mungkin karena janinnya besar, jadi proses turunnya memakan waktu”.

16.30 –> Kontraksi 2-3x/10’/>60″. Selama setengah jam ini setiap kontraksi datang, saya tak bisa untuk tetap “diam”, karena sakit yang luar biasa, saya hampir “teriak-teriak”, oleh karenanya saya minta diperiksa lagi, hasilnya pembukaan 9cm. Dari sini saya pindah ke ruang bersalin. Pada saat berada di ruang bersalin, saya menggunakan Peanut Ball untuk membantu membuka panggul dan relaksasi.

16.45 –> Kontraksi 2-3x/10’/>60″. Rasa nyeri tak tertahankan, berkali-kali kontraksi datang saya “teriak” tanpa disadari. Hingga akhirnya mba bidan evaluasi kembali, hasil pembukaan lengkap, kepala masih tinggi, KK (+). Bidan yang mendampingi saya memberikan pilihan apakah KK tetap dipertahankan atau dipecah. Waktu itu saya memilih untuk dilakukan amniotomi. Setelah amniotimi dilakukan, kepala langsung turun saat terjadi kontraksi. Lalu, saya memilih psosisi jongkok pada kala II ini. Posisi ini sangat membantu saya dalam “menurunkan” kepala janin. Tidak banyak tenaga yang keluar untuk mendorong janin hingga crowning. Setelah 30 menit dalam posisi jongkok kepala sudah crowning, maka saya diarahkan untuk berada dalam posisi lithotomi dengan kaki posisi Mc.Robert.

17.24 –> Akhirnya setelah mengedan satu kali dan selanjutnya nafas pendek, maka janin lahir pukul 17.24. Alhamdulillah yaa Alloh… Akhirnya… Bayi laki-laki, sesuai prediksi hasil USG (setiap kali periksa dengan provider yang berbeda-beda). Saat itu langsung dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dilakukan Delayed Cord Clamping selama 2 jam. Sedangkan saya dilakukan penjahitan perineum yang mengalami laserasi Grade 1, luka-luka di mukosa vagina dan kulit perineum. Hecting menggunakan benang Chromic sebanyak 3 simpul sederhana, yang sebelumnya dilakukan anastesi menggunakan Lidocain.

19.30 –> IMD, delayed cord clamping dan observasi PP selama 2 jam selesai. Bayi dilakukan asuhan BBL dan pengukuran antopometri bayi. BB/PB/LK/LD: 4180 gram/ 52 cm/ 34 cm/ 35 cm. Bayi diberikan salep mata dan injeksi vitamin K. Sedangkan saya dibersihkan (sibin), kemudian dipindahkan ke ruang nifas.

Gallery

Gambar: Ruang bersalin Rumah Bidan Rina

Gambar: Ruang Observasi, Sekaligus Ruang Nifas

Gambar: Saat Inisiasi Menyusu Dini dan Delayed Cord Clamping

Gambar: Kakak Saat Pertama Kali Bertemu Adik

Gambar: Baby Born Photo (Umur 1 Hari), Paket Persalinan di Rumah Bidan Rina

Gambar: Rumah Bidan Rina di Lowokwaru, Malang.

Proses persalinan anak kedua bisa dibilang “lama”. Ya, jika diplot di Partograf, dua kali setelah evaluasi pembukaan 5cm sudah melewati garis waspada (baca di sini). Sedangkan pada evaluasi 4 jam setelahnya, sudah melewati garis bertindak. Sesuai dengan ‘teori’, seharusnya persalinan saya adalah persalinan dengan tindakan, karena dijumpai beberapa tanda bahaya (baca di sini). Namun, saya “bersikukuh” untuk tetap melahirkan dengan normal tanpa tindakan (stimulasi persalinan *red.). Apa yang mendasari pilihan saya tersebut? Pertama: keyakinan bahwa proses persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, apabila tanpa disertai dengan penyulit dan komplikasi. Kedua: pengalaman persalinan yang lalu. Ketiga: pengalaman memberikan asuhan pada klien2 selama persalinan. Keempat: dukungan penuh provider yang pro normal. Selama proses persalinan berlangsung, keadaan saya dan janin selalu dipantau, hasilnya normal. Lalu, apa yang sebenarnya menyebabkan persalinan saya lama? Kala satu fase aktif selama 15 jam? Kemungkinan adalah karena janin besar (baca di sini). Apabila tidak ada penyulit dan komplikasi persalinan, persalinan tetap dikatakan maju, meskipun tidak sesuai dengan partograf, karena ada progress (kontraksi, pembukaan, penurunan kepala janin). Janin yang besar memerlukan waktu (lebih lama) untuk melakukan proses rotasi (internal) di pelvis (baca di sini). Ditambah, bahwa proses persalinan anak kedua ini berbarengan dengan penurunan kepala janin. Pada proses persalinan anak pertama, penurunan kepala dan awal persalinan berlangsung selama 3 hari (baca di sini), dan fase aktif persalinan berlangsung selama 3 jam. Maka tidak heran jika proses persalinan anak kedua “nampak” lebih lama, karena terjadi perbedaan pada proses penurunan kepala janin, dan berat janin yang dilahirkan.

Pada kala 1 persalinan, dibagi menjadi 2 fase, fase latent dan fase aktif. Pada kala 1 fase latent lamanya tidak dapat ditentukan dan dapat sangat bervariasi antara satu wanita ke wanita lainnya. Namun, lamanya kala 1 fase aktif (dari 5 cm sampai dilatasi serviks penuh) biasanya tidak melebihi 12 jam, dan biasanya tidak diperpanjang
melebihi 10 jam. (WHO INC Guideline, 2018) Berdasarkan statement ini, maka hendaknya para provider tidak bertindak tergesa-gesa dalam memberikan asuhan selama persalinan. Apabila keadaan ibu dan janin baik, tanpa komplikasi dan penyulit persalinan, fasilitasi mereka untuk dapat menjalani proses persalinan senyaman dan sealamiah mungkin. Namun apabila tidak memungkinkan untuk dilanjutkan proses persalinan normal dan alamiah, maka segera lakukan tindakan yang sesuai, juga atas persetujuan klien.

Berdasarkan perhitungan USG terakhir sebelum persalinan (6 hari sebelumnya), TBJ sebesar 3700 gram, akan tetapi ternyata BBL bayi sebesar 4180 gram. Apakah perhitungan TBJ pada USG akurat? dan apakah perhitungan TBJ ini penting dilakukan? Perhitungan TBJ pada USG didasari oleh indikator: diameter biparietal janin, abdomen circumference, dan femur length. Hasil yang didapatkan tidak 100% akurat dan berbeda2 hasilnya antara satu pemeriksa dengan yang lainnya. Dalam rahim, janin terus tumbuh, sehingga waktu 6 hari sudah dapat memberikan penambahan BB yang signifikan. Pengukuran TBJ setiap ANC penting dilakukan sebagai pemantauan (deteksi dini) terhadap adanya penyulit dan komplikasi yang mungkin timbul saat kehamilan maupun persalinan. Dari dua kali pengalaman melahirkan, semuanya mendapatkan berat badan bayi lahir yang melebihi TBJ. Namun persalinan anak kedua ini bagi saya sangat bermakna dan menjadi pembelajaran tersendiri.

Bidan yang membantu persalinan saya terheran-heran saat melihat bahwa saya hanya mengalami laserasi derajat 1 padahal bayi yang dilahirkan >4000 gram. Saat perineum saya diperiksa, beliau mengatakan bahwa perineum saya nampak kaku, namun ternyata elastis. Beberapa faktor penyebab perineum mengalami robekan saat persalinan adalah: persalinan pertama, janin besar, persalinan lama, distosia bahu, dan persalinan dengan tindakan. Robekan perineum dapat dicegah dengan melakukan massage perineum dimulai saat kehamilan >34 minggu, dan melindungi perineum saat persalinan (posisi persalinan, kompres perineum, prasat tangan). (baca di sini) Keadaan perineum juga dipengaruhi oleh pemenuhan gizi (kolagen) dan genetik. Banyak kemungkinan penyebab terjadinya robekan perineum saat persalinan. Untuk itu, pastikan perawatan kehamilan telah dilakukan dengan baik, mematuhi arahan provider, dan mengatur pernafasan saat proses ekspulsi janin.

Inisiasi Menyusu Dini dilakukan selama 2 jam, berbarengan dengan dilakukannya Delayed Cord Clamping. Selama 2 jam dilakukan inisiasi menyusu dini, bayi saya dapat menemukan puting susu dengan baik, refleks hisap pun juga baik. IMD dilakukan untuk memfasilitasi berhasilnya ASI ekslusif bayi. IMD dilakukan selama minimal 1 jam dengan bayi ditetakkan di dada ibu (skin to skin contact) tanpa penghalang apapun. Biarkan bayi meraih puting susu ibu dengan upayanya. Pastikan badan bayi sudah dikeringkan dan diselimuti (termasuk bagian kepala bayi). Apakah pentingnya dilakukan IMD segera setelah bayi lahir ? (Baca di sini)

Delayed Cord Clamping (Baca juga: Lotus Birth) adalah penundaan penjepitan dan pemotongan tali pusat. Rekomendasi WHO, DCC dilakukan minimal 1 menit (1-3 menit) setelah kelahiran bayi. Dalam jangka waktu 1-3 menit, bayi dapat mendapatkan tambahan volume darah sehingga kadar zat besi dalam darah dapat bertambah. (baca di sini) DCC yang dilakukan saat kelahiran anak kedua ini durasinya cukup lama yaitu 2 jam (berbarengan dengan pengawasan kala IV persalinan). Tidak ada pedoman yang mengatakan bahwa penundaan pemotongan tali pusat selama 2 jam lebih baik dari 1-3 menit. DCC yang dilakukan selama 2 jam ini membuat bonding yang lebih baik dan meningkatkan kepuasan saya sebagai ibu akan pemenuhan zat besi bagi bayi yang lebih optimal.

Proses persalinan anak kedua ini banyak mengajarkan kepada saya untuk lebih bijak lagi dalam memaknai kehidupan. Proses persalinan tidak hanya melahirkan seorang bayi, juga melahirkan “ibu baru”. Bagi saya, proses kehamilan, persalinan dan melahirkan adalah serangkaian perjalanan spiritual yang perlu disiapkan. Persiapan fisik dan psikologis. Tentu saja proses ini harus didukung oleh pasangan (suami). Peran suami sangat besar di sini, dimana hormon-hormon yang berperan pada proses kehamilan dan persalinan ditentukan oleh seberapa besar peran suami di dalamnya. Tak kalah penting ada peran dari provider (bidan/ dokter). Pilihlah provider yang menurut Anda “baik” dan sesuai dengan pemahaman Anda. (baca di sini) Pentingnya di sini menjadi “berdaya”. Berdaya secara pengetahuan dan perilaku kesehatan.

Hamil dan melahirkan merupakan suatu pengalaman yang tak akan pernah bisa terlupakan. Maka, menciptakan pengalaman yang positif saat melalui proses ini, sudah seharusnya diperjuangkan. Libatkan suami dalam setiap pengambilan keputusan dan asuhan yang dijalani. Sedari awal, tetapkan provider yang akan Anda percayai untuk mendampingi proses kehamilan dan persalinan nanti.

Tubuh wanita didisain sempurna untuk melahirkan secara alami. Maka, upayakan setiap kehamilan dapat bersalin secara normal dan alamiah. Karena normal saja tidak cukup, jika ternyata banyak hal menyakitkan dan trauma yang dialami. Apabila segala daya telah diupayakan, namun ternyata hasilnya berakhir di meja operasi atau tindakan yang lain, maka percayalah bahwa itu adalah jalan yang terbaik yang ditetapkan oleh Alloh. Manusia hanya mengupayakan yang terbaik, sisanya Alloh yang menentukan.

Saya pro normal dan alamiah, namun saya juga mematuhi nasihat dari para ahli.

Selamat bagi Anda yang tengah menanti kelahiran si buah hati, semoga proses ini dimudahkan dan diridhoi Alloh. Patuhi dan ikuti nasihat dari provider Anda. Apapun hasilnya, itu adalah yang terbaik.

Demikian part kedua dari sequence “pengalaman melahirkan”. Apakah akan ada kelanjutannya? Hanya Alloh yang berkehendak ^_^. Terima kasih.

Baca juga:

Mengurangi Nyeri Punggung dengan Body Mekanik

Oleh: Nurina Safitri, Popy Mulia A., Retno Puspito S., Septiani Ridha W. Spv.: Gita Kostania.

Sebelum membaca artikel ini, ada baiknya baca terlebih dahulu tentang keluhan nyeri punggung (bawah) pada tautan berikut: https://oshigita.id/nyeri-punggung-bawah-pinggang-pada-kehamilan/

Nyeri punggung bawah pada ibu hamil disebabkan oleh dampak perubahan pada sistem muskuloskeletal. Membesarnya rahim berpengaruh pada pusat gravitasi, membentang keluar dan melemahkan otot-otot abdomen, mengubah postur tubuh serta memberikan tekanan pada punggung. Selain itu kelebihan berat badan tentunya akan mempengaruhi otot untuk lebih banyak bekerja sehingga mengakibatkan stress pada sendi. Berikut kami jelaskan penggunaan mekanika tubuh yang benar pada ibu hamil menurut Simkin dan koleganya (2007):

  1. Berdiri

Ibu hamil tidak dianjurkan berdiri terlalu lama, apalagi pada saat  kehamilan akhir. Berdiri dapat memperlambat aliran balik dari darah di pada kaki ke jantung dan kepala.

Yang perlu diperhatikan penggunaan otot-otot kaki dianjurkan untuk merangsang aliran darah dari kaki ke jantung, berat badan dipindahkan dari satu kaki ke kaki yang lain seolah-olah berjalan ditempat dari waktu ke waktu, pergelangan kaki diputar dalam lingkaran kecil, jari kaki digerakkan serta tumit kaki digerakkan keatas dan kebawah secara bergantian, untuk membantu mencegah nyeri punggung sewaktu berdiri, salah satu kaki diletakkan pada kursi yang rendah, ini membantu membuat punggung lurus dan mengurangi regangan pada otot-otot punggung bagian bawah.

  1. Duduk

Selama kehamilan, ibu hamil dianjurkan untuk tidak terlalu lama duduk karena akan memperlambat aliran darah pada bagian kaki.

Cara duduk yang benar adalah untuk memperbaiki sirkulasi pada kaki sewaktu duduk dianjurkan untuk tidak menyilangkan kaki di daerah lutut dalam waktu yang lama, membuat pergerakan yang sering pada pergelangan kaki, seperti memutar pergelangan kaki, kaki lurus dan betis tertopang.

Sewaktu rahim membesar, dianjurkan untuk duduk pada kursi yang memiliki sandaran yang lurus dan memudahkan untuk berdiri. Pada bagian punggung diletakkan bantal yang dan pada bagian bawah diletakkan kursi yang rendah untuk menopang kaki yang akan memberikan kenyamanan.

  1. Mengangkat

Cara mengangkat yang benar adalah mendekati benda yang akan diangkat sedekat mungkin, membungkukkan badan dengan menekuk kedua lutut dan kedua kaki terbuka lebar, benda yang diangkat didekatkan ketubuh dan tidak dianjurkan untuk memutar pinggang.

Kozier dan koleganya (2010) menyebutkan bahwa sangat penting untuk mempertahankan jarak minimal selebar 30 cm antara kaki. Sewaktu berdiri, dianjurkan untuk meghindari regangan pada perineum dengan mengkontraksikan otot dasar panggul dan menghembuskan nafas dan sewaktu memindahkan sebuah benda, dianjurkan untuk menghindari memutar pinggang.

  1. Berbaring

Sewaktu kehamilan bertambah besar, barbaring dengan nyaman dalam waktu yang  lama sulit dilakukan. Menggunakan bantal dapat membantu selama berbaring. Pada saat berbaring miring, bantal diletakkan diantara lutut dan dibawah kepala, dan bantal kecil untuk menahan perut dan mendukung rahim. Berbaring juga dapat dilakukan nyaman dengan posisi miring dan bersandar kedepan. lengan bawah diletakkan di belakang tubuh, betis diluruskan. Lutut ditekuk dan disandarkan pada sebuah bantal yang datar. Lengan bagian atas ditekuk dan tangan diarahkan ke wajah. Posisi lain adalah berbaring telentang, tetapi condong kedepan pada satu sisi dan letakkan guling di bawah salah satu bahu, panggul dan kaki.

  1. Bangun

Bangun dari lantai atau tempat tidur akan sulit disaat usia kehamilan semakin tua. Gaya bangun jacknife yang biasa (bangun mendadak dan menyentak) dapat membuat otot perut dan punggung bagian bawah menjadi meregang. Untuk menghindari regangan ini, caranya adalah berguling ke samping serta panggul dan lutut ditekuk, dorong bagian atas tubuh untuk berdiri dengan menggunakan tangan, tangan dan lutut diangkat, dan salah satu kaki diletakkan dilantai, sementara lutut yang lain tetap menyentuh lantai, berdiri dengan menggunakan otot-otot tungkai kaki, gunakan lutut atau benda lain yang stabil untuk menjaga keseimbangan.

 Menurut Yu (2010) salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan selama kehamilan adalah dengan melakukan olahraga ringan seperti senam hamil. Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamenligamen, serta otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan. Latihan ini berfungsi untuk memperkuat stabilitas inti tubuh yang akan membantu memelihara kesehatan tulang belakang. Mempunyai kekuatan tubuh yang baik dapat meningkatkan keseimbangan dan kestabilan individu serta meminimalkan risiko trauma tulang belakang ataupun jatuh pada saat hamil. Senam hamil dapat meringankan keluhan nyeri punggung yang dirasakan oleh ibu hamil karena didalam senam hamil terdapat gerakan yang dapat memperkuat otot abdomen. Fungsi penting dari otot abdomen yaitu kontrol pelvis saat menengadah. Ketika ligamen disekitar pelvis menegang dan tidak lagi memberikan topangan yang kuat kepada sendi maka otot menjadi garis pertahanan kedua membantu mencegah tegangan yang berlebihan pada ligamen pelvis. Harus diingat bahwa tegangan yang berlebihan pada pelvis dan melemahnya otot abdomen inilah yang menyebabkan nyeri punggung. Untuk itu perlu dilakukan latihan ini untuk mempertahankan tonus otot abdomen yang baik (Myles, 2009). Selain itu pada saat melakukan senam hamil tubuh akan memproduksi endorfin lebih banyak. Endorfin dikenal sebagai zat yang memiliki prinsip kerja seperti morfin yang berfungsi untuk memberikan ketenangan, mengatasi stress pada saat hamil dan mampu untuk mengurangi nyeri seperti nyeri pada daerah punggung (Emilia & Freitag, 2010).

Gambar: Salah Satu Penerapan Prinsip Mekanika Tubuh (Body Mekanik)

Gerakan-gerakan yang dapat mengurangi nyeri punggung saat hamil :

  1. Cat Back Stretch (untuk meregangkan seluruh punggung)

Awali dengan posisi merangkak dan meratakan punggung sehingga sejajar dari leher ke tulang ekor Anda. Lengkungkan punggung Anda secara perlahan mulai dari tulang ekor hingga tulang bahu Anda. Tahan selama 5 detik, lalu kembali lagi ke posisi awal. Ulangi hingga 5 kali.

  1. Heel Sits (untuk meregangkan punggung bawah dan pantat)

Berlututlah di lantai dan membungkuk ke depan. Regangkan tangan di hadapan Anda dengan telapak tangan menempel di lantai. Perlahan-lahan angkat badan Anda dan kembali duduk di atas tumit. Sambil berada di posisi duduk, gerakkan jari-jari Anda ke depan untuk meningkatkan peregangan. Tahan selama 20-30 detik lalu ulangi 2-3 kali.

  1. Forward Bend (untuk meregangkan dan menguatkan punggung)

Duduk di kursi dengan alas dan sandaran yang keras. Jaga lengan Anda agar tetap rileks. Bungkukkan tubuh ke depan secara perlahan sehingga lengan Anda menggantung di depan Anda. Tahan dalam posisi ini selama 5 hitungan dan duduk perlahan-lahan tanpa melengkungkan punggung Anda. Ulangi gerakan ini sebanyak 5 kali.

  1. Trunk Twist (untuk meregangkan punggung dan torso bagian atas)

Duduk di lantai dengan menyilangkan kaki. Taruh tangan kiri Anda di kaki kiri, lalu tangan kanan di lantai belakang tubuh Anda. Perlahan-lahan putar tubuh bagian atas ke kanan hingga melewati bahu kanan. Lakukan gerakan yang sama ke sisi kiri dengan berganti tangan. Ulangi 5-10 kali untuk setiap sisi.

  1. Rocking Back Arch (untuk meregangkan dan menguatkan otot punggung, pinggul, dan perut)

Berlutut dengan kedua tangan dan kaki di lantai. Taruh berat badan merata pada tangan dan lutut. Posisikan punggung Anda dengan lurus (tidak melengkung). Maju-mundur dengan menyeret tangan Anda ke depan dan ke belakang sebanyak 5 kali. Lalu kembali ke posisi awal dan lengkungkan punggung Anda ke atas dan bawah semampu Anda dan ulangi 5-10 kali.

  1. Back Press (untuk menguatkan punggung atas dan mendukung postur tubuh yang baik)

Berdiri dengan punggung bersandar di dinding dan posisikan kaki Anda sekitar 25-30 cm dari dinding. Tekan bagian bawah punggung ke dinding. Tahan selama 10 hitungan dan ulangi 10 kali.

  1. Arm Raises (untuk menguatkan bahu dan punggung atas)

Awali dengan posisi merangkak dengan punggung datar seperti pada cat stretch. Angkat tangan kanan lurus ke depan selebar bahu Anda. Tahan selama 5 detik. Turunkan sedikit dan ulangi 10 kali. Ganti tangan dan ulangi lagi. Ketika Anda mulai terbiasa, tambahkan beban di kedua tangan seberat 0,5-1 kg untuk membuat latihan lebih menantang.

  1. Overhead Pulldown (untuk menguatkan punggung tengah dan bawah)

Berdiri tegak dengan mengangkat tangan ke atas kepala Anda. Bayangkan bahwa Anda sedang memegang barbel di tangan Anda. Lalu tarik lengan ke bawah dengan menekuk siku ke samping hingga tangan Anda setinggi bahu. Kembali ke posisi awal dan ulangi 10-15 kali dan jika Anda sudah terbiasa, tambahkan dumbell seberat 0,5-1 kg di masing-masing tangan.

  1. Upright Row (untuk menguatkan bahu dan otot punggung atas)

Berdiri dengan kaki terbuka selebar bahu Anda dan biarkan lutut rileks. Taruh lengan Anda di sisi kanan/kiri dengan telapak tangan menghadap ke belakang. Tarik siku Anda ke atas sejajar dengan bahu dan turunkan kembali. Kontraksikan otot Anda untuk menahan gerakan. Angkat kembali ke posisi yang lebih rendah dari posisi awal. Ulangi 10-15 kali. Jika Anda sudah terbiasa, tambahkan beban 0,5-1 kg di tangan kanan dan kiri Anda.

  1. Triangle Pose (untuk meregangkan punggung dan kaki)

Mulailah berdiri dengan kaki terbuka lebar (lebih lebar dari bahu). Putar kaki kanan hingga tumit berhadapan dengan kaki kiri. Rentangkan tangan lurus ke samping kanan/kiri dengan telapak menghadap lantai. Bungkukkan badan Anda ke samping kanan dan tempatkan tangan kanan Anda di atas tulang kering atau pergelangan kaki, sementara tangan kiri menghadap lurus ke langit-langit. Tahan selama 10-30 detik, lalu ulangi pada arah yang berlawanan.

 

Referensi

Maryani, Tri. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil Trimester III Di Klinik Pelita Hati Banguntapan Bantul. Publikasi Ilmiah. Yogyakarta : Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Alloya, A. (2016). Beda Pengaruh Antara Senam Hamil Dengan Kompres Hangat Dan Massage Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester III. Publikasi Ilmiah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta


Untuk lebih jelasnya, mari simak video berikut:

Senam Hamil (Tutorial Senam Kehamilan Trimester 3)

Oleh: Larose Rosita Sari, Mela Dwi Anggraini, Nadiah Eka Ayu Safitri, Noviyanti. Spv.: Gita Kostania.

Senam hamil merupakan suatu program latihan bagi ibu hamil sehat untuk mempersiapkan kondisi fisik berupa beberapa gerakan tertentu yang dilakukan khusus untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil ibu dengan menjaga kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses persalinan, serta mempersiapkan kondisi psikis ibu terutama menumbuhkan kepercayaan diri dalam menghadapi persalinan. Senam hamil memberikan manfaat terhadap komponen biomotorik otot yang dilatih.

Dapat disimpulkan bahwa senam hamil adalah latihan fisik ringan sesuai dengan indikasi kehamilan yang bertujuan untuk relaksasi dan persiapan saat persalinan.

Berikut beberapa gerakan Senam Hamil, yaitu:

Gerakan 1

  1. Posisi berdiri dan tangan di pinggang, gerakkan leher ke kanan dan kiri. Gerakan dilakukan berulang sampai 8 x hitungan. Gerakan ini bertujuan untuk meregangkan otot leher.
  2. Melakukan latihan dasar kaki dan menggerakkan telapak kaki ke depan dan ke belakang. Gerakan diulang sampai 8 x hitungan. Gerakan ini bertujuan untuk membantu sirkulasi vena dan mencegah pembengkakkan di kaki.
  3. Posisi duduk bersila dengan menegakkan punggung, letakkan tangan di atas kaki seperti orang bersemedi sambil mengatur pernafasan. Pernapasan dilakukan dengan menarik napas lewat hidung dan keluarkan lewat mulut. Gelengkan kepala ke kanan dan ke kiri sebanyak 8x hitungan. Tengokkan kepala ke kanan dan ke kiri sebanyak 8x hitungan. Menundukkan dan menengadahkan kepala ke atas dan ke bawah sebanyak 8x hitungan. Gerakan ini bisa dilakukan di atas matras, karpet, tikar, atau alas yang menurut anda lembut dan empuk lainnya. Dan bertujuan untuk memberikan rasa rileks dan tenang.
  4. Posisi duduk bersila dengan menggerakkan lengan dan otot bagian punggung. Diawali dengan lengan diluruskan sampai di atas kepala. Kedua lengan saling berhadapan. Tahanlah posisi ini selama 20 detik. Setelah melampaui waktu 20 detik, regangkanlah kedua lengan selebar mungkin. Ulangi Gerakan ini sampai 8x hitungan. Gerakan ini bertujuan untuk meregangkan otot – otot bagian punggung.
  5. Posisi duduk di atas alas lembut seperti diatas dengan merenggangkan kedua kaki lurus ke depan. Langkah selanjutnya yaitu condongkan tubuh ke belakang dan bertumpu pada siku lengan yang diletakan di lantai. Lakukan gerakkan telapak kaki dengan menegakkan lalu mengarahkannya ke bawah hingga posisinya lurus dengan lutut. Gerakkan lainnya yaitu menggerakkan telapak kaki ke samping, lalu tegakkan lurus, ke samping lagi, ulangi gerakan ini sampai merasa cukup. Gerakan ini bertujuan membantu sirkulasi vena, mengatur keseimbangan tubuh dan mencegah pembengkakkan di kaki.

Gerakan 2

  1. Tidur telentang dengan kedua kaki ditekuk, kemudian kaki diluruskan perlahan dan bergantian. Gunanya untuk latihan dasar panggul.
  2. Pada gerakan ini yaitu berbaring dengan posisi miring. Angkatlah kaki perlahan-lahan lalu turunkan. Lakukan bergantian dengan kaki satunya. Gunanya untuk menguatkan otot paha.
  3. Senam ibu hamil menggunakan gerakan otot panggul. Fungsinya adalah untuk menguatkan otot panggul selama persalinan. Kekuatan otot panggul sangat dibutuhkan ibu hamil untuk mengejan saat persalinan. Cara melakukannya adalah sebagai berikut ini :
  4. Posisikan tubuh ibu hamil dengan berbaring.
  5. Kedua kaki ditekuk dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh, perlahan namun pasti, tarik nafas dari dalam hidung dan tahanlah nafas selama beberapa menit.
  6. Kencangkan otot panggul selama nafas ditahan. Cara menguatkan otot panggul adalah dengan mengangkat panggul ke atas sambil menahan nafas.
  7. Hembuskan nafas secara perlahan dari mulut kemudian kembalikan bagian panggul ke daerah semula.
  8. Punggung bisa membantu ibu hamil selama persalinan. Cara senam hamil menggunakan gerakan punggung adalah sebagai berikut ini :
  9. Posisikan tubuh ibu hamil dalam posisi merangkak dengan mensejajarkan daerah bahu.
  10. Biarkan kedua lengan dan kedua kaki dibuka.
  11. Angkatlah bagian punggung, tundukkan kepala dengan melihat bagian dada.
  12. Tariklah nafas dalam-dalam. Tahan nafas dan pertahankan poisisi punggung seperti tadi.
  13. Tahan selama beberapa detik.
  14. Hembuskan nafas secara perlahan kemudian kembalikan posisi punggung seperti semula.
  15. Ibu hamil sering merasakan pegal-pegal. Terutama ibu hamil dengan kondisi perut yang sudah membesar. Ibu hamil perlu asupan kalsium yang cukup agar tidak terkena oesteoporisis. Tidak hanya itu saja, punggung yang pegal-pegal juga harus dihilangkan. Caranya adalah dengan melakukan hal-hal di bawah ini :
  16. Posisikan tubuh ibu hamil dalam posisi merangkak.
  17. Tumpuan ada pada salah satu paha.
  18. Biarkan kaki yang tidak dijadikan tumpuan dengan posisi diengkungkan ke atas.
  19. Tahanlah selama beberapa detik sesuai dengan kemampuan ibu hamil.
  20. Lakukanlah menggunakan tumpuan kaki secara bergantian.
  21. Sikap merangkak, posisi kedua tangan mengepal satu sama lain. Kemuadian ayunkan badan ke depan ke belakang secara perlahan dengan tumpuan kaki bagian lutut. Gerakan ini bertujuan untuk meregangkan otot panggul dan sangat cocok untuk ibu yang bayinya masih belum masuk panggul.
  22. Sikap duduk seperti bersemedi kemudian Tarik nafas panjang melalui hidung hembuskan perlahan melalui mulut.

Referensi: Pudiastuti, R. A, 2011. Buku Ajar ; Kebidanan Komunitas. Haikhi. Yogyakarta.


Untuk lebih jelasnya, mari simak video tutorial berikut ini:

 

Rekomendasi 10 Gerakan Yoga Pada Ibu Hamil

Oleh: Mahasiswi Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Program Profesi Reguler, Kelas B (Angkt. 2018) – Alifia Nur Hanifah – Annisa Devi Ayuningtyas – Dessanti Bella Suciati – Serafiana  –> Spv. Gita Kostania

Manfaat Yoga untuk ibu hamil sangat banyak, salah satunya adalah dapat meredakan ketidaknyamanan kehamilan yang dirasakan, serta menyiapkan untuk kelancaran proses persalinan. Berikut gerakannya:

  1. Side Angle Pose

Langkah – langkahnya :

  1. Rentangkan kedua kaki dan telapak kaki kanan menghadap keluar
  2. Lalu tekuk lutut kanan siku kanan turun ke paha pelan pelan rentangkan tangan kiri keatas dan tangan dibuka lebar (sehingga menciptakan tekanan yang sama pada kedua kaki)
  3. Dorongkan pinggang kiri ke atas kuatkan otot paha kanan
  4. Lakukan 5-10 kali nafas dan lakukan pada sisi sebaliknya

  1. Triangle Pose

Langkah – langkahnya :

  1. Rentangkan kedua kaki telapak kaki kanan menghadap keluar, (inhale)
  2. Kemudian rentangkan kedua tangan (exhale) tekuk badan kekanan dorong pinggang kiri keatas dan rasakan tarikan pada kaki sebelah kanan arahkan dada kedepan pandangan menghadap keatas
  3. Lakukan 5-10 kali nafas dan lakukan pada sisi sebelahnya

  1. Warrior 1

Bertujuan untuk menguatkan otot kaki dan menjaga keseimbangan.

Langkah – langkahnya :

  1. Rentangkan kaki kanan ke belakang kaki kiri ke depan dan jari tangan dibuka lebar keatas, dan ketika inhale tekuk lutut kiri sejajar dengan tumit,
  2. Saat exhale luruskan badan kembali
  3. Lakukan 5-10 kali nafas dan lakukan pada sisi sebelahnya

  1. Warrior 2

Bertujuan untuk menguatkan otot kaki dan menjaga keseimbangan

Langkah – langkahnya :

  1. Rentangkan tangan dan kaki kemudian telapak kaki kanan menghadap keluar,
  2. Lakukan inhale diikuti dengan menekuk lutut kanan, lutut sejajar dengan tumit,
  3. Lakukan exhale dengan meluruskan kaki kembali, diikuti dengan gerakan telapak tangan dibuka lebar (lakukan 5-10 kali nafas) dan lakukan pada sisi sebelahnya.

  1. Half Squat

Bertujuan untuk menguatkan seluruh otot kaki

Langkah – langkahnya :

  1. Rentangkan kedua kaki lebih lebar dari panggul kemudian inhale tekuk kedua lutut usahakan lutut tidak melebihi jempol kaki,
  2. Rentangkan tangan ke depan kemudian lakukan exhale dan kembali pada posisi awal lakukan
  3. Gerakan tersebut dalam 5-10 kali Gerakan.

  1. Keseimbangan

Bertujuan untuk melatih keseimbangan tubuh pada ibu hamil

Langkah – langkahnya :

  1. Posisi cat pose, inhale rentangkan kaki kanan ke belakang luruskan tangan kiri ke depan, lalu exhale sambil menurunkan kaki kanan dan tangan kiri.
  2. Inhale kaki kiri ke belakang tangan kanan ke depan, lalu exhale sambil menurunkan keduanya (Lakukan ini selama 5 – 10 kali).

7. Tiger Strech

Bertujuan untuk menguatkan kaki dan meregangkan tulang punggung

Langkah – langkahya :

  1. Letakkan telapak tangan diatas dan sejajar bahu, sedangkan lutut sejajar panggul. Regangkan jari – jari tangan
  2. Tarik napas, rentangkan kaki kiri ke belakang sejajar panggul Arahkan pandangan ke depan.
  3. Hembuskan napas dan tekuk lutut, Lekukkan tubuh ke arah dalam.
  4. Ulangi gerakan sebanyak 5-10 napas dan Lakukan dengan sisi kanan juga.

  1. Cat Pose

Bertujuan untuk melenturkan dan menguatkan tulang punggung

Langkah – langkahnya :

  1. Letakkan kedua telapak tangan dan lutut di alas. Posisi lutut sejajar panggul dan telapak tangan sejajar dengan bahu. Rengangkan jari-jari Anda.
  2. Tarik napas, lihat ke depan, serta naikkan tulang ekor dan panggul ke atas. Kedua tangan tetap lurus.
  3. Embuskan napas, tundukkan kepala, dan pandangan ke arah perut tulang ekor masuk ke dalam Posisi punggung melengkung ke arah dalam.
  4. Ulangi latihan 4 kali secara perlahan dan lembut.

  1. Mermaid Pose

Fungsi untuk mengurangi nyeri di simfisis pubis / tulang kemaluan

Langkah – langkahnya :

  1. Letakkan kaki kanan menekuk ke depan dan kaki kiri menekuk ke belakang
  2. Inhale condongkan tubuh ke depan.
  3. exhale lalu mundurkan tubuh ke belakang. Tekan tulang ekor ke alas
  4. lalu putar pinggul pelan – pelan searah jarum jam dan putar ke arah sebaliknya
  5. lalu lakukan kaki sebaliknya.

  1. Gym Ball

Bertujuan untuk melatih kelenturan panggul

Langkah – langkahnya :

  1. Duduklah santai di atas bola dengan posisi punggung tegak
  2. Buka kedua kaki hingga selebar pinggul
  3. Letakkan tangan diatas paha
  4. Gerakan Pinggul Ke kiri dan ke kanan lalu memutar
  5. Ulangi gerakan ini sebanyak beberapa kali


Demikian tantang 10 gerakan Yoga yang bermanfaat untuk ibu hamil. Semoga bermanfaat ^_^.

Untuk lebih memahami gerakan ini, mari simak videonya berikut ini:

Melahirkan Normal Secara Alami (Sebuah Cerita – Part 1)

Galeri

Galeri ini berisi 7 foto.

Sebuah kisah tentang perjalanan menjadi seorang ibu, yang surga pun berada di telapak kakinya, by. Gita Kostania. Sebelumnya, perkenankan Saya berbagi tentang pengalaman proses persalinan anak pertama, yang sebenarnya sudah berlangsung satu tahun yang lalu, tepatnya 2 Februari 2019. Selamat … Lanjutkan membaca

Massage Perineum pada Kehamilan

Galeri

Oleh: Gita Kostania, Aisma Ayu K, Alfinda Meilan P, Mita Murdiana, Monika Amalia. Pendahuluan Pada proses persalinan, organ reproduksi wanita khususnya perineum akan mengalami peregangan. Proses peregangan ini lah yang tak lepas dari terjadinya robekan atau disebut ruptur perineum. Perineum … Lanjutkan membaca

Screening Test Kesehatan yang Perlu Dilakukan oleh Wanita

Galeri

Based on Article in WebMD, Translated and modified by: Gita Kostania Screening test kesehatan merupakan salah satu upaya preventif dalam meningkatan kesehatan individu. Pepatah mengatakan bahwa: “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Melakukan screening tes kesehatan secara dini dapat membantu kita … Lanjutkan membaca