Pencarian Bukti Ilmiah melalui Google Search Engine

Oleh: Gita Kostania

Materi di-upload pada: https://www.academia.edu/43411578/LANGKAH-LANGKAH_MEMPRAKTIKKAN_EVIDENCE_BASED_PRACTICE

Postingan ini bagian dari postingan: https://oshigita.id/langkah-mempraktikkan-evidence-based-practice/

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan dapat melakukan pencarian dan pengumpulan bukti ilmiah. Secara khusus, Anda diharapkan dapat:

  1. Melakukan pencarian dasar tentang artikel menggunakan search engine.
  2. Melakukan pencarian dasar tentang artikel menggunakan journal databased.
  3. Menggunakan pencarian lanjutan tentang artikel menggunakan fitur pencarian lanjutan Boolean Logic.

Uraian Materi: Search Engine dan Boolean Logic

Search Engine

Search engine (mesin pencari/pelacak/penelusur) adalah salah satu program komputer yang dirancang khusus untuk membantu seseorang menemukan file-file yang disimpan dalam komputer, misalnya dalam sebuah web server umum di web (www) atau komputer sendiri. Mesin pencari memungkinkan kita untuk meminta content media dengan kriteria yang spesifik (biasanya berisikan frase atau kata yang kita inginkan) dan memperoleh daftar file yang memenuhi kriteria tersebut. Mesin pencari biasanya menggunakan indeks (yang sudah dibuat sebelumnya dan dimutakhirkan secara teratur) untuk mencari file setelah pengguna memasukan kriteria pencarian.

Secara prinsip, tujuan dari sebuah program searching engine adalah menemukan dokumen atau arsip elektronis di internet yang sesuai dengan kebutuhan atau permintaan pengguna dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kedua hal inilah, yaitu  kualitas hasil temuan dan waktu pencarian, yang kemudian menjadi pengukur baik tidaknya kinerja sebuah searching engine.

Sebagian mesin pencari seperti Google, menyimpan seluruh atau sebagian halaman sumber (yang disebut cache) maupun informasi tentang halaman web itu sendiri. Ketika seorang pengguna menggunakan mesin pencari dan memasukan query, biasanya dengan memasukan kata kunci, mesin mencari akan mengindeks dan memberikan daftar halaman web yang paling sesuai dengan kriterianya. Daftar ini biasanya disertai ringkasan singkat menggenai judul dokumen dan terkadang sebagian teks dari hasil pencarian yang kita cari.

Sangat banyak hasil data yang akan di munculkan oleh mesin pencari ketika pengguna mengetikan sebuah kata kunci, urutan yang ada di paling atas atau halaman pertamalah yang mempunyai isi paling akurat. Keakuratan sebuah mesin pencari dalam menyajikan data dan informasi yang dicari oleh pengguna dapat menjadi tolak ukur kualitas sebuah mesin pencari. Semakin tinggi keakuratan data yang disajikan maka semakin baik mesin pencarian tersebut. Untuk mencari sebuah informasi pada sebuah laman web, juga bisa dituliskan pada query web yang telah kita buka.

Google merupakan salah satu mesin pencari yang berasal dari sebuah perusahaan publik Amerika Serikat, berperan dalam pencarian Internet, Cloud Computing, serta teknologi iklan online & perangkat lunak (mesin pencari terbesar di dunia). Alamat web (http://www.google.com).

Selain pencarian web, Google juga menyediakan jasa pencarian gambar, pencarian berita serta pencarian pada arsip USENET (newsgroup), serta direktori, seperti Yahoo! Kelemahannya terletak pada tidak tersedianya pencarian file, video, dan audio. Keunggulan Google terutama adalah pada pencarian teks, terutama dari algoritma PageRank, database-nya yang besar serta banyaknya jenis file yang diindeksnya.

Secara umum, jenis pencarian pada mesin pencarian/website ada dua yaitu: Basic Search dan Advanced Search. Basic Search adalah fitur pencarian yang sudah biasa kita gunakan yaitu ketika mengakses langsung, missal pada google.com. Sedangkan Advanced Search menyediakan berbagai pilihan fitur pencarian baik untuk operator dasar, file format yang ingin kita cari, bahasa, region, dsb. Sebenarnya masih sangat banyak fitur pencarian yang bisa kita gunakan, tapi tidak terdapat di menu pilihan Advanced Search. Dengan kata lain kita harus memasukannya query di form pencarian di Basic Search langsung. Di bawah ini akan disajikan permainan query dan operator pencarian.

  1. Fitur Pencarian Dasar
  2. FRASE: Mencari informasi yang mengandung frase yang dicari dengan menggunakan tanda “”. Contoh: “kesehatan reproduksi”
  3. SINONIM (~): Mencari kata beserta sinonim-sinonimnya. Contoh di bawah akan membawa hasil pencarian: bayi baru lahir (infant) dan sinonimnya. Contoh: ~infant
  4. ASTERIK (*): Karakter pengganti kata. Dari contoh di bawah, hasil yang didapat bisa: ikan bakar pedas, ikan goreng pedas, ikan masak pedas, dsb. Contoh: ikan * pedas
  5. TANDA TITIK (.): Karakter pengganti huruf, angka dan karakter tunggal. Dari contoh di bawah, hasil yang didapat bisa: kopi, koki, kodi, dsb. Contoh: ko.i
  6. CASE INSENSITIVE: Pencarian di Google menganggap kapital dan bukan kapital sebagai sesuatu yang sama. Jadi, kehamilan aterm, Kehamilan Aterm, KEHAMILAN aterm, akan membawa hasil pencarian yang sama
  7. PENGABAIAN KATA: Google mengabaikan keyword berupa karakter tunggal dan kata-kata berikut: a, about, an, and, are, as, at, b, by, from, how, i , in, is, it, of, on, or, that, the, this, to, we, what, when, where, which, with. Apabila kita masih tetap menginginkan pencarian kata tersebut, bisa dengan menggunakan karakter + di depan kata yang dicari (contoh: Love Rain Episode +I), atau bisa juga dengan menganggapnya sebagai frase (contoh: “Love Rain Episode I”)
  8. I’M FEELING LUCKY: Akan membawa kita langsung menuju ke hasil pencarian pertama dari query kita.
  9. Fitur Pencarian Lanjut
  10. DEFINE: Mencari definisi dari sebuah terminologi. Dari contoh di bawah, hasil yang didapat adalah berbagai definisi tentang e-learning dari berbagai sumber. Contoh: define:e-learning
  11. CACHE: Menampilkan situs web yang telah diindeks oleh Google meskipun sudah tidak aktif lagi. Contoh di bawah akan menghasilkan pencarian kata php pada situs bidanku.com yang ada di indeks Google.

Contoh: cache:bidanku.com php

  1. LINK: Menampilkan daftar link yang mengarah ke sebuah situs. Contoh di bawah akan menampilkan daftar link yang mengarah ke situs bidanku.com. Contoh: link:bidanku.com
  2. RELATED: Menampilkan daftar situs yang serupa, mirip atau memiliki hubungan dengan suatu situs. Contoh: related:oshigita.wordpress.com
  3. INFO: Menampilkan informasi yang Google ketahui tentang sebuah situs. Contoh: info:oshigita.wordpress.com
  4. SITE: Menampilkan pencarian khusus di suatu situs yang ditunjuk.

Contoh: java site:bidanku.com

  1. FILETYPE: Menampilkan hasil pencarian berupa suatu jenis (ekstensi) file tertentu. Jenis file yang bisa dicari adalah: doc, xls, rtf, swf, ps, lwp, wri, ppt, pdf, mdb, txt, dsb. Contoh di bawah akan menampilkan hasil pencarian berupafile PDF yang mengandung keyword preeklamsi berat.

Contoh: preeklamsi berat filetype:pdf

  1. ALLINTITLE: Menampilkan seluruh kata yang dicari dalam TITLE halaman. Contoh di bawah akan menghasilkan halaman yang memiliki title mola hidatidosa. Allintitle ini tidak dapat digabungkan dengan operator (sintaks) lain. Gunakan intitle untuk keperluan itu. Contoh: allintitle:mola hidatidosa
  2. INTITLE: Menampilkan satu kata yang dicari dalam TITLE halaman. Contoh di bawah akan menghasilkan halaman yang memiliki title kehamilan dan isi halaman yang mengandung kata perdarahan.

Contoh: intitle:kehamilan perdarahan

  1. ALLINURL: Menampilkan seluruh kata yang dicari di dalam URL. Contoh di bawah akan menghasilkan daftar URL yang mengandung kata imunisasi dan bayi. Allinurl ini tidak dapat digabungkan dengan operator (sintaks) lain. Gunakan inurl untuk keperluan itu.

Contoh: allinurl:imunisasi bayi

  1. INURL: Menampilkan satu kata yang dicari di dalam URL. Contoh di bawah akan menghasilkan daftar URL yang mengandung kata kontrasepsi dan isi halaman yang mengandung kata hormonal.

Contoh: inurl:kontrasepsi hormonal

Boolean Logic

Boolean logic adalah suatu pencarian pelacakan yang menyatakan tentang hubungan antara variabel yang dicari dengan variabel terkait. Boolean logic juga merupakan identifikasi spesifik tentang artikel yang akan dicari. Boolean logic dikembangkan oleh George Boole (1815-1864), adalah suatu metode pencarian informasi, yang memfokuskan hasil penelusuran dimana pencarian datanya menggunakan kata kunci.

Boolean logic terdiri dari operasi logika AND, OR dan NOT. Pada fitur pencarian Google, operasi ini merupakan bagian dari fitur pencarian dasar. Penggunaan operasi logika ini dapat memudahkan user dalam mendapatkan informasi yang diinginkan. Boolean logic merupakan operasi logika yang digunakan untuk mendapatkan informasi di PubMed (NCBI).

  1. AND: Mencari informasi yang mengandung kedua kata yang dicari. Bisa menggunakan salah satu dari tiga alternatif berikut. Contoh: kehamilan gemelli , kehamilan AND gemeli, kehamilan+gemelli
  2. OR: Mencari informasi yang mengandung salah satu dari kedua kata. Bisa menggunakan salah satu dari dua alternatif berikut. Contoh: kembar OR gemelli, kembar | gemelli
  3. NOT: Hasil pencarian mengandung kata yang di depan, tapi tidak yang dibelakang minus (-). Contoh di bawah akan mencari informasi yang mengandung kata kontrasepsi tapi bukan suntik. Contoh: kontrasepsi -suntik.

Pencarian yang kita lakukan akan semakin efektif apabila kita mencoba menggabungkan beberapa operator baik yang ada di fitur pencarian dasar, pencarian lanjut, maupun Boolean logic. Misalnya, kita ingin mencari file PDF  tentang kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) yang ada di situs www.ncbi.nlm.nih.gov. Maka kita gabungkan tiga operator menjadi: Contoh: ectopic AND pregnancy filetype:pdf site:www.ncbi.nlm.nih.gov.

Gambar: Pencarian Artikel Jurnal di Database Journal melalui Google Search Engine

Ringkasan

Search engine (mesin pencari/pelacak/penelusur) adalah salah satu program komputer yang dirancang khusus untuk membantu seseorang menemukan file-file yang disimpan dalam komputer, misalnya dalam sebuah web server umum di web (www) atau komputer sendiri. Secara prinsip, tujuan dari sebuah program searching engine adalah menemukan dokumen atau arsip elektronis di internet yang sesuai dengan kebutuhan atau permintaan pengguna dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kedua hal inilah, yaitu  kualitas hasil temuan dan waktu pencarian, yang kemudian menjadi pengukur baik tidaknya kinerja sebuah searching engine.

Google merupakan salah satu mesin pencari yang berasal dari sebuah perusahaan publik Amerika Serikat, berperan dalam pencarian Internet, Cloud Computing, serta teknologi iklan online & perangkat lunak (mesin pencari terbesar di dunia). Alamat web (http://www.google.com). Secara umum, jenis pencarian pada mesin pencarian/website ada dua yaitu: Basic Search dan Advanced Search.

Boolean logic adalah suatu pencarian pelacakan yang menyatakan tentang hubungan antara variabel yang dicari dengan variabel terkait. Boolean logic juga merupakan identifikasi spesifik tentang artikel yang akan dicari. Boolean logic dikembangkan oleh George Boole (1815-1864), adalah suatu metode pencarian informasi, yang memfokuskan hasil penelusuran dimana pencarian datanya menggunakan kata kunci.

Boolean logic terdiri dari operasi logika AND, OR dan NOT. Pada fitur pencarian Google, operasi ini merupakan bagian dari fitur pencarian dasar. Penggunaan operasi logika ini dapat memudahkan user dalam mendapatkan informasi yang diinginkan. Boolean logic merupakan operasi logika yang digunakan untuk mendapatkan informasi di PubMed (NCBI).


Untuk mensitasi dan mengunduh materi: https://www.academia.edu/43411578/LANGKAH-LANGKAH_MEMPRAKTIKKAN_EVIDENCE_BASED_PRACTICE

 

 

Bagaimana Mengakses Journal Database ?

Oleh: Gita Kostania

Materi di-upload pada: https://www.academia.edu/43411578/LANGKAH-LANGKAH_MEMPRAKTIKKAN_EVIDENCE_BASED_PRACTICE

Artikel bagian dari tulisan: https://oshigita.id/langkah-mempraktikkan-evidence-based-practice/

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan dapat mengakses journal databased. Secara khusus, Anda diharapkan dapat:

  1. Mengakses journal databased.
  2. Menggunakan journal databased sebagai laman website untuk mencari journal artikel yang relevan dengan permasalahan klinik.

 

Uraian Materi: Journal Databased

Database/ basis data adalah kumpulan informasi yang dapat ditelusuri yang disusun secara terorganisir. Basis data terutama adalah koleksi jurnal online yang artikelnya dapat dicari. Setiap database berisi ribuan artikel yang dapat Anda cari secara simultan dan cepat untuk menemukan artikel dengan relevansi yang lebih tinggi daripada mencari di jurnal online. Dari database Anda bisa langsung menelusuri basis data A-Z, atau basis data berdasarkan subjek. Basis data seringkali spesifik per subjek. Contoh: Database PUBMED berspesialisasi dalam kedokteran dan kesehatan. Secara umum, ketika kita merujuk ke database kita, berarti satu yang mengindeks artikel dalam jurnal. Setiap artikel di setiap jurnal dianalisis oleh editor dan catatan dibuat yang mencakup judul artikel, penulis artikel, judul jurnal, volume, masalah dan nomor halaman dari artikel. Setiap catatan juga mencantumkan topik yang dicakup oleh artikel. Sebagai contoh:

Database dapat termasuk jurnal, surat kabar, majalah, laporan, buletin dan banyak lagi. Terkadang dapat juga menyertakan buku, tetapi jika Anda ingin buku secara khusus, gunakan katalog perpustakaan. Database dapat fokus pada satu subjek/ multidisiplin ilmu, seringkali dapat memberi Anda teks lengkap; yang lainnya hanya menunjukkan abstrak dan kutipan. Anda dapat mencetak, menyimpan, atau mengirim email kutipan dan, jika tersedia, artikel teks lengkap (dalam format pdf). Mungkin terlihat berbeda tetapi memiliki fungsi yang serupa, seperti membatasi hanya jurnal yang ditinjau sejawat atau mencari artikel berdasarkan tanggal publikasi. Periksa halaman bantuan basis data untuk cara mendapatkan artikel yang sesuai. Basis data mungkin hanya mengandung rentang tanggal tertentu (Anda mungkin kehilangan beberapa konten). Terkadang dapat berisi gambar artikel; jika Anda perlu melihat foto atau diagram penting, Anda harus menemukan artikel yang dapat dicetak. Basis data dapat digunakan di luar kampus, jika Anda login dengan ID dan kata sandi netlink Anda. Basis data juga disebut sebagai database berlangganan, database daring, datanbase artikel, dan sumber daya elektronik.

Hal-hal yang perlu diingat, bahwa database dibuat oleh vendor komersial; ada beberapa database yang membutuhkan biaya untuk berlangganan; perpustakaan institusi membayar biaya tersebut, meskipun ada beberapa yang dapat diakses umum tanpa membayar. Database mengindeks semua jurnal penting dalam suatu bidang, sehingga apabila perpustakaan institusi berlangganan, tidak harus memiliki semua jurnal itu dalam koleksi mereka, dan karena tidak semua database menyediakan teks lengkap artikel (full text).

Beberapa journal database dalam bidang kedokteran dan kesehatan: Pubmed, CINAHL, Ovid-medline, National Guideline Clearing house, Chochrane Databases.  Database lain yang dapat diakses diantaranya: google scholar, ebsco, sciencedirect, jane biosemantic, DOAJ.

Sumber yang dibutuhkan sebagai dasar dalam penerapan evidence based practice adalah artikel journal. Artikel journal adalah sebuah artikel yang diterbitkan dalam sebuah journal (online), dimana jurnal adalah publikasi ilmiah yang terbit berdasarkan masalah spesifik secara berkala. Journal databased ini dapat mengindeks berdasarkan kata kunci pencarian dalam artikel maupun dalam jurnal.

Berikut ini adalah kategori jurnal elektronik (e-journal) berdasarkan tingkat konten, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. E-jurnal ilmiah atau penelitian.
  2. E-jurnal publik populer atau umum.
  3. Jurnal elektronik Industri atau Perdagangan.

Berdasarkan ketersediaan dan harga, jurnal elektronik dapat dikategorikan sebagai berikut:

  1. E-jurnal online gratis: jurnal-jurnal, yang sepenuhnya gratis diakses secara online. Seperti: Fulltext Database/ layanan.
  2. Gratis bersama dengan e-jurnal berlangganan cetak: jurnal-jurnal yang akses daringnya gratis dan juga menyediakan berlangganan cetak, diantaranya: Pers Universitas Cambridge, Pers Universitas John Hopkins, pers Universitas Oxford.
  3. Priced e-journal: jurnal-jurnal yang diakses online dan harga sedikit kurang dari versi cetak, contoh: Blackwell, Blackwell Navigator, dll.

.Untuk lebih memahami materi ini, berikut dijelaskan langkah-langkah mengakses journal databased:

No. Langkah
Akses
1 Setelah membuka web browser, pilih database dari kotak pencarian di beranda perpustakaan institusi

ATAU

Ketikkan judul database tertentu di Queri mesin pencarian

ATAU

Lihat daftar database yang diatur oleh disiplin ilmu tertentu dalam pencarian lanjutan: tab database.

Proses
2 Pilih database dari halaman web databases

ATAU

Link/ tautan ke database

3 Masukkan kata kunci Anda

a.          Gunakan operator boolean (AND, OR, NOT)

b.         Tentukan bidang tertentu

c.          Batas berdasarkan tanggal atau bahasa

4 Memindai hasil dan menentukan apakah Anda perlu memperbaiki strategi pencarian Anda
5 Pilih artikel yang relevan dan catat informasi kutipan
6 Cari artikel dengan mencari Novanet untuk judul jurnal atau, jika tersedia, klik link/ tautan ke teks lengkap artikel dari database

 

Ringkasan

Database/ basis data adalah kumpulan informasi yang dapat ditelusuri yang disusun secara terorganisir. Basis data terutama adalah koleksi jurnal online yang artikelnya dapat dicari. Basis data seringkali spesifik per subjek. Contoh: Database PUBMED berspesialisasi dalam kedokteran dan kesehatan. Setiap artikel di setiap jurnal dianalisis oleh editor dan catatan dibuat yang mencakup judul artikel, penulis artikel, judul jurnal, volume, masalah dan nomor halaman dari artikel. Beberapa journal database dalam bidang kedokteran dan kesehatan: Pubmed, CINAHL, Ovid-medline, National Guideline Clearing house, Chochrane Databases.  Database lain yang dapat diakses diantaranya: google scholar, ebsco, sciencedirect, jane biosemantic, DOAJ.


Untuk mensitasi dan mengunduh materi: https://www.academia.edu/43411578/LANGKAH-LANGKAH_MEMPRAKTIKKAN_EVIDENCE_BASED_PRACTICE

 

Pertanyaan Klinik dengan Format PICO/ PICOT

Oleh: Gita Kostania

Materi di-upload pada: https://www.academia.edu/43411578/LANGKAH-LANGKAH_MEMPRAKTIKKAN_EVIDENCE_BASED_PRACTICE

Artikel bagian dari tulisan: https://oshigita.id/langkah-mempraktikkan-evidence-based-practice/

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan dapat merumuskan masalah ke dalam pertanyaan klinik dengan format PICO/ PICOT. Secara khusus, Anda diharapkan dapat:

  1. Menentukan permasalahan klinik.
  2. Merumuskan PICO/ PICOT format untuk pertanyaan penelitian jenis intervensi.
  3. Merumuskan PICO/ PICOT format untuk pertanyaan penelitian jenis non intervensi.

Uraian Materi: Konsep Evidence Based Practice –> Pertanyaan Klinik dalam Format PICO/PICOT

Sebelum mengaplikasikan Pertanyaan Klinik dalam Format PICO/PICOT, mohon disimak uraian singkat mengenai Konsep Evidence Based Practice.

Evidence based practice diawali dari suksesnya evidence based medicine (EBM), yang diperkenalkan oleh Tanner (1999), dalam Keele (2011), bahwa dasar pelaksanaan EBM adalah untuk menstandarkan praktik pada profesi dokter, mengeliminasi praktik yang tidak layak (buruk), mendukung praktik yang baik (terbaik), serta meminimalkan biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam Keele (2011), “Evidence-Based Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan”. Dapat diartikan juga ebuah pendekatan yang digunakan dalam pengambilan keputusan dimana tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan) menggunakan bukti terbaik yang tersedia, dengan persetujuan klien/pasien, untuk memutuskan pilihan yang sesuai dan terbaik bagi klien/ pasien.

Dasar-dasar penerapan evidence based practice diuraikan sebagai berikut:

  1. Semua keputusan praktis harus dibuat berdasarkan studi penelitian, dipilih dan ditafsirkan menurut beberapa karakteristik norma tertentu.
  2. Diperlukan keahlian klinis dari tenaga kesehatan.
  3. Dalam bingkai sistem pelayanan kesehatan yang berlaku.
  4. Dilaksanakan berdasarkan pilihan klien/ pasien.

Komponen evidence based practice (Melnyk & Fineout-Overholt, 2011), yang merupakan dasar dari Evidence Based Clinical Decision Making:

  1. Bukti eksternal, berupa hasil penelitian, teori-teori yang lahir dari penelitian, pendapat dari ahli, dan hasil dari diskusi panel para ahli.
  2. Bukti internal, disebut juga clinical expertise, berupa:
  3. Penilaian klinis
  4. Hasil dari proyek peningkatan kualitas dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan klinik
  5. Hasil dari pengkajian dan evaluasi pasien
  6. Alasan klinis
  7. Evaluasi dan penggunaan sumber daya tenaga kesehatan yang diperlukan untuk melakukan treatment yang dipilih.
  8. Mencapai hasil yang diharapkan.
  9. Manfaat dan keinginan pasien. Salah satu komponen penting adalah bahwa evidence based practice yang digunakan sebagai dasar decision making dapat memberikan manfaat terbaik untuk kondisi pasien saat itu dan meminimalkan pembiayaan.

Manfaat evidence based practice  (Trinder & Reynolds, 2006):

  1. Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik. Tenaga profesional bisa memanfaatkan hasil-hasil penelitian dalam memberikan pelayanan dimana tujuan dari penggunaan tersebut adalah untuk memberikan pelayanan yang terbaik (effective dan no harm).
  2. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk. Hadirnya EBP secara tidak langsung menjadi pengingat bagi peneliti yang tidak menggunakan standar penelitian yang baik.
  3. Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian. Dengan adanya EBP secara tidak langsung akan mengarahkan peneliti untuk melakukan penelitian yang berkelanjutan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.
  4. Mengeliminasi budaya “practice which is not evidence based”. Dengan adanya EBP tenaga profesional akan memberikan pelayanan terbaik dengan cara menggunakan intervensi yang sudah teruji ke-efektivannya serta intervensi yang tidak menimbulkan kerugian bagi pasien.

Penerapan evidence based practice diuraikan dalam 7 langkah, yaitu:

  1. Menumbuhkan semangat menyelidiki. Maknanya adalah secara konsisten selalu menanyakan tentang sikap dalam melaksanakan praktik dalam keperawatan, tanpa langkah ini organisasi yang membawahi perubahan dalam praktik berdasarkan EBP tidak akan sukses dan bertahan. Budaya ini ditanamkan dalam visi dan misi institusi”. Adapun elemen-elemen dalam membudayakan EBP:
  2. Mengajak semua perawatan untuk menanyakan kembali praktik keperawatan/kebidanan yang sedang mereka lakukan.
  3. Memasukkan EBP dalam visi, misi, dan promosi yang dilakukan oleh institusi kesehatan
  4. Adanya mentor serta kadernya yang mempunyai kemampuan dalam EBP dan kemampuan untuk mengatasi hambatan terkait dengan perubahan dalam individu dan institusi
  5. Adanya infrastukture yang menyediakan alat-alat untuk pengembangan EBP
  6. Dukungan administrasi dan adanya leadership yang menilai, menentukan EBP model, serta menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mempertahankan budaya EBP
  7. Secara teratur mengenali/mengidentifikasi individu atau kelompok-kelompok yang secara consisten melakukan EBP
  8. Menanyakan pertanyaan klinik dengan menggunakan PICO/PICOT format. Format ini terdiri atas:
P : Populasi pasien atau disease of interest
I : Intervensi atau Issues of Interest
C : Control / Intervensi pembanding/ kelompok pembanding
O : Outcomes/ hasil-hasil yang diharapkan
T : Time frame (batas waktu)

 

Adapun jenis-jenis pertanyaan klinis menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) adalah:

  1. Intervention question. Meneliti mengenai keefektivan dari suatu treatment/intervensi.
  2. Diagnostic question. Meneliti mengenai manfaat, keakuratan, seleksi, atau interpretasi dari suatu alat/instrument.
  3. Prognostic question. Meneliti mengenai keadaan pasien terkait kondisi tertentu atau mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin mengubah prognosis pasien
  4. Etiology question. Meneliti mengenai hubungan sebab akibat dan sesuatu yang mungkin merugikan
  5. Meaning question. Meneliti mengenai makna dari sesuatu hal.

Bentuk pertanyaan klinik dengan format PICO/ PICOT untuk intervention question, adalah:

Gambar: Pertanyaan Klinik Dengan Format PICO/ PICOT Untuk Intervention Question.

Adapun bentuk pertanyaan klinik dengan format PICO/ PICOT untuk non-intervention question, adalah:

Gambar: Pertanyaan Klinik Dengan Format PICO/ PICOT Untuk Non-Intervention Question.

Di bawah ini adalah contoh pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

Jenis Pertanyaan

Penelitian

Contoh
Intervention Bagaimanakah pemberian kalsium pada ibu hamil dapat mengurangi resiko preeklamsia ?
Prognostic Apakah diet karbohidrat mampu memprediksi pemeliharaan berat badan yang sehat (BMI< 25) selama lebih dari 6 bulan pada pasien yang mempunyai riwayat keluarga obesitas (BMI> 30)?
Diagnostic Apakah Quick Check Hb lebih efektif dalam mengukur Hb dibandingkan Sahli?
Etiology Apakah wanita kulit putih yang terpapar sinar UV ray berkepanjangan dan tidak menggunakan protection (>1 jam) meningkatkan resiko terkena melanoma jika dibandingkan  wanita kulit hitam yang tidak  terpapar UV ray?
Meaning Bagaimanakah wanita paruh baya dengan Ca Mammae mempersepsikan kehilanggan jaringan payudara?
  1. Mencari dan mengumpulkan bukti-bukti (artikel penelititan) yang paling relevan dengan PICO/PICOT. Kata kunci untuk mencari bukti-bukti merupakan kata-kata yang ada dalam PICO/PICOT. Cari kata-kata lain yang mempunyai makna sama seperti kata-kata yang ada di PICO/PICOT. Setiap jenis pertanyaan mempunyai hierarchy of evidence yang berbeda. Mencari bukti ilmiah dapat dilakukan melalui journal databased, yang akan dibahas tersendiri pada bab berikutnya.
  2. Melakukan penilaian kritis (critical appraisal) terhadap bukti-bukti (artikel penelititan). Critical Appraisal menyesuaikan dari jenis/level artikel. Pertanyaan utama dalam Critical Appraisal adalah:

a. Apakah hasil dari penelitian tersebut valid?

  • Apakah penelitian tersebut menggunakan metodologi penelitian yang baik?

b. Apakah hasil dari penelitian tersebut reliable?

    • Apakah intervensinya bekerja dengan baik?
    • Sebesar apa efek dari intervensi tersebut?

c. Apakah hasil penelitian tersebut akan membantu dalam melakukan perawatan untuk pasien saya?

    • Apakah sample penelitiannya mirip dengan pasien saya?
    • Apakah keuntungannya lebih besar dari pada resikonya?
    • Apakah intervensi tersebut mudah untuk diimplementasikan?

Untuk dapat melakukan critical appraisal dengan baik, perlu memahami tentang level of evidence, sebagai berikut:

a. Levels of evidence for intervention & diagnostic questions.

b. Levels of evidence for prognosis & etiology questions.

c. Levels of evidence for meaning question.

  1. Mengintegrasikan bukti-bukti (artikel penelitian) terbaik dengan salah satu ahli di klinik serta memperhatikan keinginan dan manfaatnya bagi pasien dalam membuat keputusan atau perubahan.
    1. Clinical expertise (CE). Ini merupakan bagian yang paling penting dalam proses EBP decision making. Contoh: saat follow up untuk evaluasi hasil, CE mencatat bahwa saat treatment kasus acute otitis media first-line antibiotik tidak effective. Artikel terbaru menyatakan Antibiotik A mempunyai manfaat yang lebih baik dari pada Antibiotik B sebagai second-line antibiotik pada anak-anak.
    2. Jika kualitas evidence bagus dan intervensi sangat memberikan manfaat, akan tetapi jika hasil diskusi dengan pasien menghasilkan suatu alasan yang membuat pasien menolak treatment, maka intervensi tersebut tidak bisa diaplikasikan.
  2. Mengevaluasi outcome dari perubahan yang telah diputuskan berdasarkan bukti-bukti. Langkah ini penting untuk menilai dan mendokumentasikan dampak dari perubahan pelayanan berdasarkan EBP dalam kualitas pelayanan kesehatan/ manfaatnya bagi pasien. Evaluasi dilakukan dengan menilai apakah perubahan yang terjadi saat mengimplementasikan hasil EBP di klinik sesuai dengan apa yang tertulis dalam artikel. Jika hasil tidak sesuai dengan artikel-artikel yang ada, maka evaluasi apakah treatment dilaksanakan sesuai dengan standard operating prosedure (SOP) di artikel? dan apakah pasien kita mirip dengan sample penelitian dalam artikel tersebut?.
  3. Menyebarluaskan hasil dari EBP. Dessiminasi dilakukan untuk meng-share hasil EBP sehingga perawat dan tenaga kesehatan yang lain mau melakukan perubahan bersama dan atau menerima perubahan tersebut untuk memberikan pelayanan perawatan yang lebih baik. Adapun desseminasi dapat dilakukan melalui oral presentasi, melalui panel presentasi, melalui roundtable presentasi, melalui poster presentasi, melalui small-group presentasi, melalui podcast/vodcast presentasi, melalui community meetings, melalui hospital/organization-based & professional committee meetings, melalui journal clubs, dan melalui publishing.

Untuk menentukan level of evidence, dapat juga berdasarkan klasifikasi evidence based medicine (EBM) klinik. Hal ini mengacu pada: U.S. Preventive Services Task Force, dan U. K. National Health Service (level of evidence [LOE]).

Menurut U.S. Preventive Services Task Force, ditentukan menjadi lima level, sebagai berikut:

  1. Level I: Designed randomized controlled trial.
  2. Level II-1: Designed controllled trial tanpa random
  3. Level II-2: Studi cohort atau case-control analytic.
  4. Level II-3: Multiple time series dengan atau tanpa intervensi.
  5. Level III: Pendapat ahli, penelitian klinik dasar, studi descriptive atau laporan kasus.

Sedangkan kategori dari rekomendasi (US. Preventive Services Task Force), sebagai berikut:

  1. Level A: Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik lebih baik dengan resiko sedikit.
  2. Level B: Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik sedikit lebih baik dengan resiko sedikit.
  3. Level C: Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik sedikit, dimana perbandingan antara manfaat dan resiko sama.
  4. Level D: Suatu penelitian yang memberikan resiko klinik lebih berat.
  5. Level I: Suatu penelitian yang tidak mempunyai bukti cukup, kualitas jelek atau banyak pertentangan.

Selanjutnya adalah level of evidence (LOE) menurut UK National Health Service, yang pembagaiannya ditentukan berdasarkan pendekatan prevention, diagnosis, prognosis dan therapy.

  1. Level A: Consistent Randomised Controlled Clinical Trial, Cohort study, keputusan klinik berdasarkan validitas pada populasi yang berbeda.
  2. Level B: Consistent Retrospective Cohort,Explonatory Cohort, Ecological Study,,Outcomes Research, Case-control Study, atau extrapolasi dari studi level A.
  3. Level C: Case-series Study atau extrapolasi dari studi level B.
  4. Level D: Opini tanpa critical appraisal atau berdasarkan patophysiologi.

Untuk lebih memahami mengenai bagaimana merumuskan masalah ke dalam pertanyaan klinik dengan format PICO/PICOT), perhatikan lembar daftar tilik berikut:

No. Langkah Keterangan
1 Tentukan kasus Tentukan kasus yang menarik yang akan anda bahas untuk mencari dasar evidence based practice.nya
2 Buat skenario klinik Buatlah kasus tersebut ke dalam skenario klinik agar dapat dianalisis ke dalam format pertanyaan klinik
3 Buat pertanyaan klinik Skenario yang telah disusun, kemudian diringkas menjadi pernyataan klinis sesuai dengan format PICO/ PICOT.
4 Tentukan PICO/ PICOT Tentukan P-I-C-O dan atau T, berdasarkan skenario yang telah diringkas
5 Tentukan jenis pertanyaan klinik Tentukan jenis pertanyaan kliniknya berdasarkan skenario tadi (intervensi, diagnostik, prognostik, etiologi, meaning)
6 Tentukan jenis/ metode penelitian Tentukan jenis/ metode penelitian yang sesuai dengan pertanyaan klinik

Ringkasan

Langkah dasar dalam menerapkan evidence based practice diawali dengan clinical question, yaitu pertanyaan klinik yang fokus pada pasien dan orientasi pada masalah. Langkah kedua adalah temukan bukti terbaik dengan melakukan pencarian literatur pada journal databased terpercaya. Langkah ketiga adalah melakukan critical appraisal, yaitu mengevaluasi bukti ilmiah untuk qualitas dan kegunaannya. Langkah keempat adalah menerapkan bukti ilmiah dengan mengimplementasikan temuan yang berguna dalam praktik klinik. Dan langkah terakhir adalah evaluasi informasi, intervensi dan proses evidence based practice secara keseluruhan.

Menentukan pertanyaan klinik yang benar merupakan kunci pokok dalam langkah penerapan evidence based practice selanjutnya. Format pertanyaan klinik berupa PICO dan PICOT, yang dibedakan menjadi jenis penelitian intervensi dan non intervensi.


Untuk mensitasi dan mengunduh materi: https://www.academia.edu/43411578/LANGKAH-LANGKAH_MEMPRAKTIKKAN_EVIDENCE_BASED_PRACTICE

 

Langkah Mempraktikkan Evidence Based Practice

Oleh: Gita Kostania

Materi di-upload pada: https://www.academia.edu/43411578/LANGKAH-LANGKAH_MEMPRAKTIKKAN_EVIDENCE_BASED_PRACTICE

Dalam bahasan ini, kita akan mempelajari tentang Langkah-Langkah Mempraktikkan Evidence Based Practice. Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan dapat mempraktikkan evidence based practice sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan. Pada bab ini, materi dikemas dalam tiga uraian materi berupa: 1) pertanyaan klinik dalam format PICO/PICOT, 2) akses journal databased, 3) pencarian dan pengumpulan bukti ilmiah.

Setelah melaksanakan praktikum ini, secara umum Anda diharapkan dapat mempraktikkan evidence based practice. Sedangkan secara khusus Anda diharapkan mampu:

  1. Merumuskan masalah ke dalam pertanyaan klinik dengan format PICO/ PICOT.
  2. Mengakses journal databased.
  3. Melakukan pencarian dan pengumpulan bukti ilmiah.
Gambar: Langkah-Langkah Evidence Based Practice
Credit: guides.library.uwm.edu

% Pelajari materi selengkapnya melalui tautan yang tersedia. %

 

Baca juga: Critical Thinking, Clinical Judgment dan Evidence Based Health Care dalam Asuhan Kehamilan.

 

Berfikir Kritis (Critical Thinking) dalam Kebidanan

Oleh: Gita Kostania

Diupload pada: https://www.academia.edu/43411551/Berfikir_Kritis_Critical_Thinking_dalam_Kebidanan

Pendahuluan

Dalam bahasan ini, kita akan mempelajari tentang Berfikir Kritis dalam Kebidanan. Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan dapat melaksanakan praktik kebidanan berdasarkan prinsip Berfikir Kritis (critical thinking). Setelah mempelajari materi ini, secara umum Anda diharapkan dapat menerapkan berfikir kritis dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Sedangkan secara khusus Anda diharapkan mampu:

  1. Mengelola sumber informasi yang sesuai sebagai dasar pengambilan keputusan dalam berfikir kritis.
  2. Menyampaikan alasan ilmiah yang terstruktur sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
  3. Mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah didapat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
  4. Mengidentifikasi asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-bukti ilmiah yang telah didapat untuk dilakukan analisis kritis.
  5. Mengevaluasi pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-bukti ilmiah yang didapat.
  6. Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah dievaluasi (langkah 5) dengan mempertimbangkan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami.

Uraian Materi

Berfikir kritis kadang-kadang dapat menjadi proses yang rumit dan membutuhkan sumber ilmiah yang sistematik dan pemikiran kritis yang kadang membingungkan. Namun, dalam pelayanan asuhan kebidanan, proses berfikir kritis merupakan dasar dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan, sehingga sangat penting dikuasai sebagai landasan dalam pengambilan keputusan klinis.

Scriven, M & Paul, R, dalam Anonim (2019) mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu proses disiplin intelektual yang secara aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan / atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan. Dalam bentuk keteladanannya ini, didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal yang melampaui pembagian materi: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti yang kuat, alasan yang baik, kedalaman, luas, dan keadilan. Sedangkan menurut John (2016), berfikir kritis adalah suatu cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. Untuk dapat menerapkan berfikir kritis, diperlukan kemampuan kemampuan intelektualitas, pengalaman, dan sumber referensi/ bukti yang kuat.

Proses berfikir kritis bertujuan untuk:

  1. Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat.
  2. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan.
  3. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran.
  4. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah yang kompleks.

Adapun untuk mengembangkan proses berfikir kritis, diperlukan keterampilan dalam hal: analisis, reasoning, evaluating, desision making, dan problem solving. Dalam penerapan asuhan kebidanan, penerapan berfikir kritis ditujukan agar mahasiswa dapat melakukan pemecahan masalah (problem solving) yang mungkin dijumpai dalam kasus-kasus kebidanan yang dijumpai di lapangan. Untuk dapat melakukan pemecahan masalah sesuai dengan prinsip berfikir kritis, maka perhatikan langkah-langkah berikut:

  1. Lakukan identifikasi masalah. Dalam asuhan kebidanan, identifikasi masalah merupakan diagnosis kasus. Diagnosis dapat ditegakkan dengan baik apabila pengumpulan data subjektif dan objektif dilakukan secara benar dan menyeluruh.
  2. Mengeksplorasi informasi dan membangun ide. Eksplorasi informasi berarti mengumpulkan dasar/bukti ilmiah yang relevan sebagai bahan rujukan dalam penatalaksanaan kasus. Sedangkan membangun ide adalah mengambil kemungkinan-kemungkinan keputusan klinik berdasarkan bukti ilmiah/ referensi terbaik dan berdasarkan standar prosedur yang berlaku.
  3. Memilih ide terbaik. Dalam tahapan ini, kita dapat salah satu keputusan klinik yang telah kita bangun (berdasarkan kajian ilmiah) guna mendukung asuhan yang evidence based.
  4. Uji coba keputusan klinik. Pada tahapan ini, solusi yang ditawarkan sebelumnya, kita uji coba pada pasien berdasarkan prinsip-prinsip etika yang berlaku.
  5. Langkah terakhir adalah melakukan evaluasi hasil. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan metode yang digunakan, sehingga dapat diaplikasikan pada banyak kasus.

Dalam mengimplementasikan berfikir kritis, perlu diperhatikan beberapa kunci pokok sebagai berikut:

  1. Setiap menjumpai masalah klinis, kita berhenti sejenak dari aktivitas untuk sejenak berfikir tentang keilmiahan kasus tersebut.
  2. Kemudian kita bangun asumsi-asumsi yang mungkin dari aksus tersebut, meliputi: kemungkinan penyebab, kemungkinan diagnosis, kemungkinan asuhan yang dapat diberikan, kemungkinan respon klien dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul.
  3. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi informasi-informasi yang telah kita dapatkan sebagai dasar pemecahan masalah.
  4. Langkah berikutnya adalah menyusun kesimpulan sebagai bekal pada langkah terakhir.
  5. Terakhir, kita susun rencana tindakan berdasarkan kesimpulan yang telah kita buat.

Dalam menerapkan berfikir kritis, diperlukan pengetahuan yang cukup akan kasus yang dihadapai, pengalaman di lapangan (clinical experience), dan lakukan penilaian akhir dengan menggunakan akal sehat. Adapun langkah-langkah berfikir kritis yang disarikan dalam Elmansy (2016) adalah sebagai berikut:

  1. Knowledge. Langkah pertama adalah mengelola sumber informasi yang sesuai sebagai dasar pengetahuan dalam pengambilan keputusan dalam berfikir kritis. Langkah ini mengidentifikasi argumen atau masalah yang perlu diselesaikan. Pertanyaan harus diajukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang masalah tersebut. Dalam beberapa kasus, tidak ada masalah aktual, sehingga tidak perlu menggunakan langkah selanjutnya dalam langkah-langkah model berpikir kritis. Pertanyaan-pertanyaan dalam tahap ini harus terbuka untuk memungkinkan kesempatan untuk membahas dan mengeksplorasi alasan utama. Pada tahap ini, dua pertanyaan utama yang perlu diajukan: Apa masalahnya? Dan mengapa kita harus menyelesaikannya?
  2. Comprehension. Pada langkah ini disampaikan alasan ilmiah yang terstruktur sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, dengan memahami apa yang dibaca, didengar atau dilihat secara komprehensif. Setelah masalah teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah memahami situasi dan fakta-fakta yang sesuai. Data dikumpulkan berdasarkan permasalahannya menggunakan salah satu metode penelitian yang dapat diadopsi tergantung pada masalah, jenis data yang tersedia, dan batas waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
  3. Aplication. Mengetahui penerapan yang akan dilaksanakan secara komprehensif, dengan mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah didapat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Langkah ini melanjutkan langkah sebelumnya untuk melengkapi pemahaman tentang berbagai fakta dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dengan membangun hubungan antara informasi dan sumber daya. Peta pikiran dapat digunakan untuk menganalisis situasi, membangun hubungan antaranya dan masalah inti, dan menentukan cara terbaik untuk langkah selanjutnya.
  4. Analize. Menganalisis masalah dengan membaginya menjadi sub-sub masalah dan mempelajarinya per bagian. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-bukti ilmiah yang telah didapat untuk dilakukan analisis kritis. Setelah informasi dikumpulkan dan hubungan dibangun di antara masalah utama, situasinya dianalisis untuk mengidentifikasi situasi, titik kuat, titik lemah, dan tantangan yang dihadapi saat memecahkan masalah. Prioritas ditetapkan untuk penyebab utama dan menentukan bagaimana hal tersebut dapat diatasi dalam solusi. Salah satu alat yang umum digunakan yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah dan keadaan di sekitarnya adalah diagram sebab akibat, yang membagi masalah dari penyebabnya dan bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai penyebab dan mengelompokkannya berdasarkan jenis dan dampaknya pada masalah.
  5. Synthesis. Melakukan sintesis dengan mengkombinasikan analisis-analisis yang telah dibuat ke dalam bentuk teori baru, dilakukan dengan mengevaluasi pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-bukti ilmiah yang didapat. Pada tahap ini, setelah masalah sepenuhnya dianalisis dan semua informasi yang berkaitan dengannya dipertimbangkan, keputusan harus dibuat tentang bagaimana menyelesaikan masalah dan rute awal yang harus diikuti untuk mengambil keputusan ini menjadi tindakan. Jika ada sejumlah solusi, mereka harus dievaluasi dan diprioritaskan untuk menemukan solusi yang paling menguntungkan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam memilih solusi masalah adalah analisis SWOT yang cenderung mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
  6. Take action. Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah dievaluasi (langkah 5) dengan mempertimbangkan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami. Pada langkah terakhir ini, membangun evaluasi tentang masalah yang dapat diterapkan. Evaluasi dengan menyimpulkan berdasarkan pertimbangan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami. Hasil pemikiran kritis harus ditransfer ke dalam langkah-langkah tindakan. Jika keputusan melibatkan proyek atau tim tertentu, rencana tindakan dapat diimplementasikan untuk memastikan bahwa solusi tersebut diadopsi dan dilaksanakan sesuai rencana.

Metode berpikir kritis dapat diadopsi untuk menggantikan emosi dan bias teliti ketika mencoba berpikir tentang suatu situasi atau masalah. Waktu untuk mengadopsi pemikiran kritis bervariasi berdasarkan masalah, mungkin perlu beberapa menit hingga beberapa hari. Keuntungan menggunakan metode berfikir kritis adalah memberikan kontribusi untuk memperluas perspektif kita tentang situasi dan memperluas kemungkinan pemikiran kita. Namun, langkah-langkah ini harus diterjemahkan ke dalam rencana tindakan yang memastikan bahwa resolusi yang diputuskan dicapai dengan baik dan terintegrasi antara semua cabang ilmu yang terkait dan sistem yang terlibat.

Gambar: Critical Thinking Skills

Setelah memahami prinsip berfikir kritis, berikut diuraikan tentang prinsip manajemen asuhan kebidanan. Manajemen asuhan kebidanan terdiri atas 7 langkah (Varney, 1997), meliputi:

  1. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif didapatkan dari pemeriksaan langsung pada pasien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

  1. Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan “nomenklatur standar diagnosa”) dan atau masalah yang menyertai. Dapat juga dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya.

  1. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh: seorang wanita yang hamil pertama kali, tetapi letak janinnya tidak normal (misalnya: bayi letak sungsang), yang harus diantisipasi adalah terhadap kemungkinan kelahiran bayi tersebut apabila ingin dilahirkan pervaginam, maka bidan harus dipertimbangkan besarnya janin dan ukuran panggul ibu, juga harus dapat mengantisipasi terjadinya persalinan macet (aftercoming head) pada waktu melahirkan kepala.

  1. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.

  1. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksankannya.

  1. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar  terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

  1. Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar dalam pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah diberikan, bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang telah diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama dengan hasil evaluasi secara keseluruhan.

Penerapan berfikir kritis dalam asuhan kebidanan pada dasarnya sudah tergambar dalam manajemen kebidanan. Namun, dalam bahasan ini, kita akan lebih memperdalam lagi tentang proses (perjalanan) berfikir kritis. Sebagai bahan belajar dan agar lebih memahami proses dalam berfikir kritis, perhatikan daftar tilik “Keterampilan Berfikir Kritis” yang diadopsi dari Lamm (2016), sebagai berikut:

No. Langkah Penjelasan Keterangan
PROBLEM Presentasi masalah –> ketua kelompok bertugas menjelaskan kasus/ masalah kebidanan ataupun situasi yang berkaitan dengan masalah kebdianan kepada anggota tim, dan solusi-solusi yang sebelumnya telah dipaparkan. Waktu yang disarankan: 5 menit. Sangat membantu untuk memberikan deskripsi tertulis tentang masalah sebelum sesi.
1 INTERPRETATION INTERPRETASI – Untuk mengklarifikasi masalah atau situasi dan memastikan bahwa semua anggota tim memiliki pemahaman yang sama tentang masalah ini.

a.      Pertimbangkan 5W: siapa, apa, kapan, mengapa, di mana dan bagaimana

b.     Apa yang terjadi?

c.      Siapa orang yang terlibat?

d.     Siapa yang memiliki kepemilikan atau kepentingan besar dalam proses tersebut?

e.      Apa cara terbaik untuk mengkarakterisasi, mengelompokkan, atau mengklasifikasikan ini?

 

Waktu yang Disarankan: 10 menit. Anggota tim mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi masalah.

 

Begitu anggota tim merasa bahwa mereka memahami masalahnya secara mendalam, mereka siap untuk beralih ke ANALISIS

 

 

2 ANALYSIS ANALISIS – Untuk membahas masalah secara menyeluruh, mengeksplorasi hubungan inferensial yang dimaksudkan dan aktual antara pernyataan dan pertanyaan dari anggota tim. Pertimbangkan perspektif, keyakinan, asumsi, dan pendapat setiap orang. Analisis fakta dan metrik yang tersedia untuk menguatkan bukti.

a.      Beri tahu kami alasan Anda membuat klaim itu.

b.     Apa kesimpulan Anda?

c.      Apa yang Anda klaim?

d.     Mengapa Anda berpikir begitu?

e.      Apa argumennya (pro dan kontra)?

f.       Asumsi apa yang harus kita buat untuk menerima kesimpulan itu?

g.     Apa dasar Anda untuk mengatakan itu?

h.     Apa masalah mendasar atau tersembunyi?

i.       Seperti apakah kesuksesan itu bagi semua orang yang terlibat dalam masalah?

j.       Kontribusi apa yang diberikan ketua tim / penyaji terhadap masalah?

 

Waktu yang Disarankan: 20 menit. Anggota tim membahas masalah, jelajahi penilaian, argumen, pendapat, dan kesimpulan masing-masing orang. Pemimpin tim mendengarkan diskusi.

 

3 INFERENCE INFERENSI – Untuk mengidentifikasi dan mengamankan elemen yang diperlukan guna menarik kesimpulan yang masuk akal. Tim akan menggunakan data, pernyataan, prinsip, bukti, kepercayaan, dan pendapat dari fase analisis dan gagasan curah pendapat. Ini adalah waktu untuk mengidentifikasi solusi yang mungkin dan mendiskusikan kelayakan setiap solusi.

a.      Mengingat apa yang kita ketahui sejauh ini, kesimpulan apa yang bisa kita tarik?

b.     Mengingat apa yang kita ketahui sejauh ini, apa yang bisa kita singkirkan?

c.      Apa yang disiratkan oleh bukti ini?

d.     Jika kita mengabaikan atau menerima asumsi itu, bagaimana hal akan berubah?

e.      Informasi tambahan apa yang kita butuhkan untuk menyelesaikan pertanyaan ini?

f.       Jika kita mempercayai hal-hal ini, apa implikasinya bagi kita untuk langkah selanjutnya?

g.     Apa konsekuensi dari melakukan hal-hal seperti itu?

h.     Apa saja alternatif yang belum kita jelajahi?

i.       Mari kita pertimbangkan setiap opsi dan lihat ke mana kita membawa.

j.       Apakah ada konsekuensi yang tidak diinginkan yang dapat dan harus kita ramalkan?

 

Waktu yang Disarankan: 20 menit. Anggota tim melakukan brainstorming solusi yang mungkin, menggunakan semua informasi yang tersedia. Pemimpin tim dapat memberikan masukan dan arahan, jika diinginkan.

 

Setelah anggota tim merasa bahwa mereka telah menjelajahi semua informasi, data, dan pertanyaan, istirahat disarankan. Ketika tim berkumpul kembali, mereka siap untuk melanjutkan ke EVALUASI, dimulai dengan rekap proses dan kemungkinan solusi.

 

 

 

 

4 EVALUATION EVALUASI – Untuk menilai kredibilitas solusi dari fase inferensi dan meninjau setiap bukti dan ide baru yang dihasilkan sejak sesi sebelumnya. Evaluasilah dengan mata segar, validitas solusi yang mungkin dan selidiki kelemahan dalam berpikir dan logis.

a.       Seberapa kredibel klaim itu?

b.      Mengapa kita berpikir kita bisa mempercayai apa yang dikatakan orang ini?

c.       Seberapa kuat argumen itu?

d.      Apakah kita memiliki fakta yang benar?

e.       Seberapa yakin kita dalam kesimpulan kita, mengingat apa yang kita ketahui sekarang?

f.        Apa konsekuensi dari solusi ini?

g.      Akan seperti apa dalam setahun jika kami menerapkan solusi ini?

 

Waktu yang Disarankan: 10 menit. Mulailah dengan merekam ulang proses, solusi yang mungkin dan bagaimana tim sampai pada mereka. Ketua tim mengajukan pertanyaan tentang solusi yang mungkin. Kemudian anggota tim mengevaluasi validitas argumen atau solusi mereka.

 

Setelah anggota tim merasa bahwa mereka telah mengevaluasi argumen atau solusi mereka secara menyeluruh, mereka siap untuk mempersiapkan PENJELASAN mereka dan mempertimbangkan langkah-langkah tindakan.

 

 

5 EXPLANATION PENJELASAN – Untuk menggambarkan proses yang tim jalani untuk sampai pada solusi. Mengklarifikasi proses berpikir memberikan konteks bagaimana proses pemikiran berkembang.

a.      Apa temuan spesifik atau hasil investigasi?

b.     Jelaskan bagaimana Anda melakukan analisis itu!

a.      Bagaimana Anda sampai pada penafsiran itu?

b.     Bawa kami melalui alasan Anda sekali lagi!

c.      Mengapa menurut Anda itu jawaban yang tepat atau solusinya?

d.     Bagaimana Anda akan menjelaskan mengapa keputusan khusus ini dibuat?

e.      Apa konteks di mana Anda membuat keputusan ini?

 

Waktu yang Disarankan: 10 mnt. Anggota tim menyampaikan dan menguraikan penjelasan mereka tentang keputusan atau solusi yang diusulkan.

 

Setelah anggota tim memiliki konsensus tentang keputusan atau solusi yang diusulkan, mereka laporkan pada ketua tim.

 

 

 

6 SELF-REGULATION REGULASI DIRI/ KONTROL DIRI – Untuk secara sadar memeriksa pemikiran Anda dan mengevaluasi potensi bias Anda. Mengevaluasi penilaian inferensial tim dengan pandangan terhadap pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau menghubungkan salah satu alasan seseorang atau hasil seseorang.

a.       Posisi kami tentang masalah ini masih terlalu kabur. Bisakah kita lebih tepat?

b.      Seberapa baik metodologi kami, dan seberapa baik kami mengikutinya?

c.       Apakah ada cara kita merekonsiliasi dua kesimpulan yang tampaknya saling bertentangan ini?

d.      Seberapa baik bukti kita?

e.       OK, sebelum kita berkomitmen, apa yang kita lewatkan?

f.        Saya menemukan beberapa definisi kami sedikit membingungkan. Bisakah kita meninjau kembali apa yang kita maksudkan dengan hal-hal tertentu sebelum membuat keputusan akhir?

 

Waktu yang Disarankan: 10 menit. Ketua tim mempertanyakan, mengonfirmasi, memvalidasi, dan menghubungkan keputusan atau solusi yang diusulkan untuk memastikan proses dan kesimpulan yang lengkap.

 

Setelah tim merefleksikan dan merasa yakin dengan solusi, bersiaplah untuk membuat langkah tindakan spesifik.

 

 

EXECUTION LANGKAH TINDAKAN – Ketua tim atau fasilitator menguraikan langkah-langkah tindakan spesifik dan menugaskan anggota tim untuk setiap tugas dengan tenggat waktu yang diharapkan.

 

Akhirnya pemimpin tim menutup proses dengan meminta masukan tim tentang proses tersebut. Apa yang berhasil dan apa yang bisa diperbaiki untuk sesi pemecahan masalah di masa depan.

 

Waktu yang Disarankan: 15 mnt. Sangat membantu untuk memasukkan langkah-langkah tindakan ke lembar excel bersama sehingga semua anggota tim dapat memantau implementasi.

 

 

Ringkasan

Dalam menerapkan berfikir kritis, diperlukan pengetahuan yang cukup akan kasus yang dihadapai, pengalaman di lapangan (clinical experience), dan lakukan penilaian akhir dengan menggunakan akal sehat. Adapun langkah-langkah berfikir kritis yang disarikan dalam Elmansy (2016) adalah sebagai berikut:

  1. Knowledge. Langkah pertama adalah mengelola sumber informasi yang sesuai sebagai dasar pengetahuan dalam pengambilan keputusan dalam berfikir kritis.
  2. Comprehension. Pada langkah ini disampaikan alasan ilmiah yang terstruktur sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, dengan memahami apa yang dibaca, didengar atau dilihat secara komprehensif.
  3. Aplication. Mengetahui penerapan yang akan dilaksanakan secara komprehensif, dengan mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah didapat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
  4. Analize. Menganalisis masalah dengan membaginya menjadi sub-sub masalah dan mempelajarinya per bagian. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-bukti ilmiah yang telah didapat untuk dilakukan analisis kritis.
  5. Synthesis. Melakukan sintesis dengan mengkombinasikan analisis-analisis yang telah dibuat ke dalam bentuk teori baru, dilakukan dengan mengevaluasi pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-bukti ilmiah yang didapat.
  6. Take action. Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah dievaluasi (langkah 5) dengan mempertimbangkan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami. Pada langkah terakhir ini, membangun evaluasi tentang masalah yang dapat diterapkan.

Metode berpikir kritis dapat diadopsi untuk menggantikan emosi dan bias teliti ketika mencoba berpikir tentang suatu situasi atau masalah. Waktu untuk mengadopsi pemikiran kritis bervariasi berdasarkan masalah, mungkin perlu beberapa menit hingga beberapa hari. Keuntungan menggunakan metode berfikir kritis adalah memberikan kontribusi untuk memperluas perspektif kita tentang situasi dan memperluas kemungkinan pemikiran kita. Namun, langkah-langkah ini harus diterjemahkan ke dalam rencana tindakan yang memastikan bahwa resolusi yang diputuskan dicapai dengan baik dan terintegrasi antara semua cabang ilmu yang terkait dan sistem yang terlibat.

Setelah memahami prinsip berfikir kritis, berikut diuraikan tentang prinsip manajemen asuhan kebidanan. Manajemen asuhan kebidanan terdiri atas 7 langkah (Varney, 1997), meliputi:

  1. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar. Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif.
  2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar. Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai dengan “nomenklatur standar diagnosa”) dan atau masalah yang menyertai.
  3. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi..
  4. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera. Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
  5. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
  6. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan. Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
  7. Langkah VII: Evaluasi. Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis.

Kunjungi: https://www.academia.edu/43411551/Berfikir_Kritis_Critical_Thinking_dalam_Kebidanan –> untuk mensitasi dan mengunduh materi.